Sunday, April 15, 2018

Kisah Cinta Dengan Ibu Yuli

Kisah Cinta Dengan Ibu Yuli
Peristiwa ini kurang lebih satu minggu yang kemarin. Saya bekerja dibagian EDP satu perusahaan swasta di daerah Kuningan, Jakarta. Untuk sampingan saya juga miliki usaha pelatihan private computer. Siang itu Ibu Yuli, satu diantara client telepon. 

Tuturnya dia belum juga tahu juga langkah kirim e-mail. Maklum baru sekali saya mengajarinya. Dari perbincangan di setujui untuk ketemu jam 7 malam. Karna dia hingga tempat tinggal jam 6 sore. Dia kerja jadi interpreter bhs Jepang. Jam 18. 45 saya telah tiba di Lobby Apartemen-nya di bilangan Benhil. 

Tidak lama dia muncul di Lobby dengan masih tetap menggunakan baju kerjanya, serta selekasnya mengajak saya naik ke Apartemennya. Tanpa ada ubah pakaian, dia segera ke meja komputernya serta menghidupkannya. Tidak lama problemnya beres, e-mailnya dapat terkirim semuanya. Dia hanya lupa tidak clik “send & receive”. 


Lalu dia minta diajari searching menggunakan Explorer. Berhubung dia tidak sering menggunakan computer, jadi dia tampak kaku langkah memegang mouse-nya. Tak tahu apa penyebabnya saya punya maksud memberikannya contoh, eh tangan dia masih tetap memegang mouse. Yah tangannya keremas oleh tanganku yang kekar serta keras. 

Aduh…, halus juga tangan Ibu Yuli. saya cepat-cepat menarik tanganku, tidak enak takut disebutkan kurang ajar. Suaminya yaitu rekan bosku. Bila dilaporkan bebrapa dapat saya dipecat. Dia melepas mouse, serta ubahan saya yang memegang mouse-nya sembari memberitahukan dia mengenai ketidaksamaan bentuk cursor. 

Saya belum juga menyuruhnya coba, eh… tangannya segera memegang mouse yang masih tetap saya pegang. Yah tahu sendiri kan tanganku yang dia pegang. Saya menginginkan melepas tapi sayang karna halus sekali telapaknya. Serta bau parfumnya juga lembut, membuatku kerasan di dekatnya. Saya biarlah saja. Saya fikir dia juga akan melepas tanganku, eh.. nyatanya tidak terlepas juga tanganku dari genggamannya. Jadi tanganku dielus-elus dengan cinta kasih yg lembut. Maklum tanganku bulunya juga lumayan lebat. 

Saya beranikan diri untuk memberinya teguran, “Ibu…, sebentar sekali lagi Ayah pulang…”. Belum juga pernah berkata banyak, jari telunjuk tangan satunya ditempatkan dimuka bibir sembari, “psst…”, serta kata dia, “Hari inilah ke bini tuanya…”. Aduh rezeki nomplok nih, kataku dalam hati. Tapi saya pura-pura tidak tertarik. Walau dalam hati telah sukai sekali. 

Tanganku yang masih tetap memegang mouse masih tetap di elus. Kebetulan saya duduk di samping kanannya, jadi tangan kiriku bebas. Serta sekali lagi kursinya tidak menggunakan tangan-tangan. Semakin nikmat saja. Tangan kirinya mengelus tangan kiriku serta diangkatnya, serta ditempatkan diatas pahanya yang putih serta mulus. Walau dia tidak menggunakan rok mini, tapi karna duduk, ketarik juga ke atas. Roknya yang biru tua menaikkan kontrasnya warna. 

Sesudah menempatkan tanganku, tangan Ibu Yuli bergerak sekali lagi ke tengkukku, serta dielusnya. Wow.., saat ini semakin panas tubuhku. Dengan refleks tanganku juga membalas aksinya, serta kuelus pahanya bebrapa perlahan. Semakin lama semakin ke atas menuju pangkalnya. Roknya juga semakin tersibak ke atas terdorong tanganku. Semakin ke atas semakin mulus. Kuusap pangkal pahanya serta matanya mulai nanar. 

Ibu Yuli sesungguhnya umum saja, tidaklah terlalu istimewa. Tingginya juga tidaklah sampai 160 cm. Bila berdiri dia tidak lebih tinggi dari pundakku. Hanya body-nya benar-benar mengundang selera serta kulitnya juga putih mulus. Maklum dia masih tetap keturunan Chinesse. Kasihan dia, hanya jadi istri muda. Jadi jatah batinnya tidak terima full. Walau sebenarnya usianya belum juga hingga 30 th, nyaris sebaya saya. 

Saat ini tanganku telah hilang didalam rok kerjanya, mengusap-usap pangkal pahanya. Lalu dia berdiri di depanku yang masih tetap duduk. Lantas kancing pakaiannya di buka semuanya. Tapi pakaiannya tidak dilepaskan. Dia tarik tanganku, dipindahkannya ke pinggangnya. 

Kaus dalamnya kuangkat, serta perutnya yang putih bersih juga terpampang di depanku. Kuciumi perutnya serta seputar pusarnya kujilati. Dia menggelinjang kegelian. Ke-2 tangannya mengacak-acak rambutku serta kadang waktu dijambaknya. 

Pakaian serta kaus dalamnya telah terlepas dari roknya. Kaus dalamnya kuangkat lebih ke atas, serta terlihat BH-nya menyokong bukit yang tidaklah terlalu besar tapi juga tidaklah terlalu kecil. Pokoknya memiliki bentuk bagus serta ukurannya cocok. Serta sudah pasti halus. Kebetulan kancing BH-nya dimuka, jadi tanpa ada usaha lebih keras saya telah dapat melepas BH-nya. Bukit kembarnya tersaji terang di depanku. Sedikit kendor, tapi masih tetap oke. 

Saya sambut satu diantara putingnya yang berwarna coklat muda dengan bibir serta lidah. Sesaat tangan kananku melintir putingnya yang satu sekali lagi. Seperti mencari gelombang radio. Benar juga…, tidak sebagian lama terdengar desis seperti gelombang FM stereo. Tanganku yang satu sekali lagi menyelinap kedalam roknya serta meremas-remas pantatnya yang telah agak turun. Maklum lah telah nyaris 30 th umurnya. 

Tangan Ibu Yuli (Oh ya saya tetaplah panggil dia Ibu karna dia customerku) yang satu sekali lagi telah geser aktivitasnya ke selangkanganku. Penisku yang telah tegang terlihat terang menonjol dari balik celanaku. Itu sebagai tujuan aktvitasnya. Bahkan juga zipperku telah dia turunkan, jadi terlihat terang ujung moncong meriamku dari balik celana dalamku. 

Karna dielus selalu penisku jadi bertambah panjang hingga ukuran maksimumnya. Kurang lebih 2 cm. dibawah pusar. Tangannya juga telah masuk kedalam CD-ku serta mulai mengocok-ngocoknya. Pada akhirnya ujung penisku keluar dengan sendirinya dari balik CD-ku. 

Akupun tidak ingin kalah, tanganku yang di pantatnya, saya geser aktivitasnya ke sela-sela pahanya. Dari CD-nya telah merasa bila vaginanya telah basah. Saya tarik sedikit CD-nya ke bawah, serta dengan sedikit digeser ke samping, saya telah dapat memegang belahannya. Lantas kuusap-usap dengan cinta kasih jari tengahnya. Sesaat desis FM stereonya semakin keras terdengar, “Ssst…, uuhh…, uhh…, ssst”. 

Dengan dibantu jari telunjuk, saya pegang clitorisnya yang kebetulan agak panjang serta kupilin nakal. Pergerakan tubuh Ibu Yuli semakin keras serta kepalanya seringkali ditarik ke belakang. Tubuhnya bergetar. Suaranya semakin seru, untung di apartemen, jadi tdak sangat gaduh karna jauh dari tetangga. 

“Yan…, lepasin celanaku…, saya telah tidak tahan”, bisik Ibu Yuli. Dengan taat dengan cinta kasih saya penuhi permintaannya. Sesaat tangannya repot melepas sabukku serta memelorotkan celanaku dan CD-ku sekalian sampai lutut. Dia agak terperanjat lihat penisku. 

“Kamu miliki ukuran bisa juga…, dari awal anda kesini telah kuperhatikan, maka dari itu saya pingin”, tuturnya 1/2 sadar 1/2 terdengar. 

Sesaat CD-nya telah tergeletak di lantai. Saya masih tetap duduk di kursi tanpa ada sandaran tangan. Kuangkat roknya serta saya cium pahanya. Bahkan juga saya pernah kasih sinyal merah di ke-2 pangkal pahanya. Dia telah tidak sabar sekali lagi, tanpa ada memberiku peluang untuk melepas celana dengan prima, dia telah memegang ujung penisku serta dibimbingnya menuju lubangnya yang basah serta hangat. Dan berbulu sedikit di bagian atasnya saja. 

Pelahan tapi tentu Ibu Yuli turunkan pantatnya, “Blesss”. Matanya terbelalak rasakan batang penisku menyelinap dengan hangat ke lubang vaginanya. Rupanya basahnya telah prima sampai tanpa ada kesusahan telah ¾ batang penisku masuk ke vaginanya. Tapi berhenti hingga di situ saja, tidak di terusin sekali lagi. 

“yan…, batang penismu panjang betul”, tuturnya sembari mulai menaik-turunkan pantatnya. Sesaat saya menenangikan fikiran, ambillah napas, serta kosentrasi ke tempat beda. Agar customerku senang duluan. Saya cobalah memerhatikan TV yang tengah menyiarkan sinetron. Jadi konsentrasiku tidak tertuju pada penisku yang tengah dikerjai habis-habisan oleh Ibu Yuli. 

Naik turun, digoyang ke kiri serta ke kanan, diputar. Tak tahu diapain sekali lagi. Eh…, bener tidak lama tubuhnya merasa bergetar lantas melenguh seperti sapi…, uhh…, yang lebih keras dari mulanya serta mendadak memelukku kencang sekali serta jarinya meremas punggungku. 

Untung saya masih tetap menggunakan pakaian. Bila tidak, bebrapa dapat kuku Ibu Yuli menancap di punggungku. Keringatnya menetes ke pakaian kerjanya yang belum juga pernah dilepaskan, tampak semakin cantik dengan tetesan keringat di rambut serta keningnya. 

Sesaat biji pelirku juga merasa basah oleh cairan dari vaginanya. 

“Uggghh…, hilang ingatan, nikmat sekali”, tuturnya. 
“Ibu terusin aja”, saya nimpali. 
“Ah…, panggil Yuli saja, entar saya lemas banget”, jawabnya. 

Batang penisku juga telah merasa kesemutan, ingin menumpahkan muatannya. Tapi saya tahan dahulu. Kuangkat ke-2 kakinya di belakang lututnya dengan ke-2 tangan, hingga seperti digendong. Tapi batang penisku masih tetap menancap di lubang vaginanya. Lantas saya jalan menuju tembok serta saya rapatkan tubuhnya ke tembok dengan tetaplah kugendong. 

Bagiku tak ada problem mengangkatnya. Tidak sia-sia saya hobby olah raga. Lantas saya mulai menggoyang pinggangku maju mundur, goyang kiri, goyang kanan. Matanya sebentar-sebentar terpejam, sebentar lalu terbuka lebar. 

Sisa air yang dia mengeluarkan barusan menyebabkan irama yang teratur selaras dengan goyangan pantatku. Tidak lama dia mengeluarkan sekali lagi muatan dari dalam vaginanya. Nada erangannya lebih seru dari yang pertama. Leherku dipeluknya kencang, didekap ke dadanya, disela-sela bukit. 

“Yan, anda telah nyampe belum juga? ”, tanyanya sesudah sukses mengatur nafasnya. 
“Hampir Bu”. 
“Turunin saya dulu”, tanpa ada mengiyakan, saya turunkan badannya lantas mengambil langkah ke meja tamu ambil tisue. 

Dia memasukkan tangannya kedalam roknya serta dia mengelap vaginanya yang basah kuyup. Sesaat batang penisku berdenyut-denyut makin keras tandanya muatannya minta dibongkar. Dengan cinta kasih dengan tidak sabar saya ikuti Ibu Yuli ke ruangan tamu, serta dari belakang saya peluk dia. 

Lantas saya minta dia menunduk dengan kaki mengangkang. Lantas saya naikkan rok kerjanya sampai pantatnya yang putih kemerahan serta vaginanya yang putih kemerahan dengan bulu yang tidak tebal terlihat menantang untuk dijamah. Dengan bepegangan pada sandaran tangan kursi tamu. 

Dia nikmati sekali lagi sentuhanku. Kesempatan ini yang bekerja lidahku. Saya jilat sedikit clitorisnya serta di jilati supaya basah sekali lagi. Tidaklah sampai dua menit telah terlihat ada cairan bening sekali lagi di vaginanya. Maklum lampunya tidak dimatikan serta jelas sekali lagi. Jadi detailnya terlihat terang. Saya mengakhiri aktivitas jilat menjilat, karna muatanku telah meronta minta dikeluarin. 

Lantas saya masukan sekali lagi dari belakang penisku ke vaginanya. Dia mendesis sekali lagi demikian pula saya. Hangat serta lembab. Lantas saya mulai goyang kiri kanan, terkadang saya putar. Sesaat saya semakin berat menahan muatanku, saya bertanya dia, “Bu bisa keluari di dalam…”. 

“Boleh, memang telah nyaris.. ”. 
“Ya”. 
“Kita keduanya sama ya”. 

Saya goyang selalu hingga saya terasa begitu nikmat karna muatanku telah tiba di dekat pintu. Lantas kupeleuk dia dari belakang sembari saya remes dadanya. Serta, “cret…, cret…, cret”, air maniku muncrat didalam lubang vaginanya. 

Serta Ibu Yuli juga merintih lantas mencengkeram tangan-tangan kursi dengan erat dan tubuhnya bergetar serta menegang. Rupanya dia klimaks juga. Dengan penisku serta vaginanya masih tetap menyatu saya tetaplah memeluknya dari belakang. 

“Thanks Yan…, anda begitu hebat. Anda sudah memberiku kesenangan sex yang tiada”. 
Hanya kujawab, “Ibu juga hebat”. 

Mendadak saya terasa ada cairan hangat meleleh dari vaginanya, serta jatuh ke lantai. Rupanya air maniku serta air kenikmatannya bercampur jadi satu serta jatuh. Lantas saya cabut penisku yang telah lemas serta “pluk” suaranya seperti botol sampanye di buka. Dengan rok kerja yang masih tetap terangkat serta dipeganginya, dia berbalik ke arahku dengan memerlihatkan bulu kemaluannya yang tidak tebal serta tersenyum. 

Baca Juga : 

No comments:

Post a Comment

About

authorHello, saya wilvia novy disini saya akan membagi pengalaman sex saya dan pengalam sex rekan saya. Penasaran dengan ceritanya baca terus ya di cerita dewasaenak.blogspot.com
Learn More →



Tags