Sunday, March 25, 2018

6:33 AM

Cerita Seks Respon dari Janda

Cerita Seks Respon dari Janda
Kisah ini merupakan pengalaman pertamaku bermain cinta dengan wanita selain istri, peritstiwa itu sendiri terjadi kira-kira 3 bulan yang lalu disuatu daerah di Jawa Tengah, diawali dari adanya tugas kantor yang mengharuskan aku untuk melakukan suatu training untuk beberapa cabang di daerah. Saat itu menginap di hotel kota S dan kadang tidur dikantor/unit yang ada di desa.

Kejadian ini bermula secara tidak sengaja waktu aku nginap di desa A, yaitu paginya hari Sabtu yang ternyata merupakan hari pasaran untuk desa A sehingga aku tidak melepaskan kesempatan untuk melihat keramaian di pasar…begitu asiknya memperhatikan barang dagangan yang ada tanpa sengaja menabrak ibu yang belanja,

Sehingga semuanya tumpah termasuk gelas yang baru dibelinya…..karena merasa bersalah maka saya memaksa untuk mengganti gelas tersebut, nama ibu itu sebut saja Ibu Mirna dengan usia kira2 41 tahun dan setelah menyebutkan letak rumahnya yaitu di ujung jalan desa belok ke kiri, saya berkata akan datang sore nanti untuk mengganti gelas yang pecah.


Jam 4 sore setelah mandi, langsung berangkat ke rumah Ibu Mirna dan ternyata rumah tersebut terletak di ujung jalan yang cukup sepi, ditemui oleh seorang lali-laki yang berusia kira2 50 Th yaitu bapak Najib yang ternyata suami Ibu Mirna setelah menjelaskan maksud kedatangan saya, terjadilah obrolan yang semakin akrab.

Setelah dipanggil keluarlah ibu Mirna membawa minuman dan kue, dan tanpa sengaja saya memperhatikan dan tergetarlah hati, karena dengan memakai kebaya yang sedikit ketat dan rambut basah sehabis mandi, terlihat kecantikan khas wanita desa dengan kulit putih dan bodi yang kencang walau telah berusia 41 tahun, dan yang membuat mata melotot adalah belahan buah dadanya yang kelihatan montok sekali.

Tanpa terasa waktu makan malam telah tiba, dan mereka memaksa saya untuk ikut makan malam, stelah makan Pak Najib pamit untuk menghadiri pertemuan di desa sebelah untuk urusan pengairan sawah, dan saya dipersilakan untuk berbincang dengan ibu.

Rumah tersebut sepi karena anak pertama yang sudah kelas 1 SMA sedang camping, anak kedua yang SMP sedang belajar dirumah teman dan sikecil sedang di rumah Saudara, suatu kebetulan yang tidak terduga.

Sepanjang obrolan mata tidak pernah lepas dari tubuh dan dada ibu Mirna, dan akhirnya ibu Mirna bertanya, “Dik Amar matanya ngeliat apasih?” sambil malu saya berkata jujur bahwa saya kagum akan kecantikannya.

“Orang desa gini kok dikatakan cantik, dikota pasti bayak yang cantik?” kata bu Mirna. “Iya sih bu…tapi ibu lain, karena walau udah punya anak tiga tapi badan masih bagus, khususnya…….?” Saya berhenti berkomentar.

“Khususnya apa dik?” desaknya. “Maaf bu…itu tetek ibu besar dan masih kencang?” Ibu Mirna terlihat malu sambil berusaha menutup dengan tangannya…..dan akhirnya pembicaraan mengarah ke hal yang berbau porno.

“Oh ya dik Amar punya anak berapa dan istri usia berapa?” tanya bu Mirna.

“Satu usia 2 tahun, dan istri usia 27 tahun saya sendiri 29 tahun?” jawab saya.

“Wah sedang panas-panasnya dong?” lanjutnya. “Panas apanya bu?” saya berusaha memancing pembicaraan ke arah yang lebih hot, karena saya merasa horny dan bagaimana caranya bisa merasakan bersetubuh dengan wanita setengah baya.

“Ah dik Amar berlagak nggak tau…..?” kata bu Mirna sambil tersipu.

“Ibu juga kelihatan segar, pasti kebutuhan itunya juga hot?” pancing saya terus.

Tapi ibu Mirna malah kelihatan sedih….sehingga saya bertanya, “kok jadi kelihatan sedih bu?”. Akhirnya bu Mirna cerita bahwa kebutuhan bathinnya sejak dua tahun ini jarang terpenuhi, yaitu sejak suaminya jatuh dari pohon kelapa, kejantanan suaminya jarang sekali bisa maksimal.

“Maaf bu…..padahal menurut saya orang seusia ibu pasti sedang puber kedua?” “Yah memang begitu dik…..tapi harus ibu tahan?”

“Gimana caranya?” lanjut saya “Ya dengan mencari kesibukan di ladang…..sehingga malamnya capek terus tertidur?” Lanjutnya.

“Wah kalo saya bisa pusing….karena saat ini baru pisah 4 hari dengan istri saya juga udah gak tahan ????” kata saya sambil bergeser duduk mendekat. “Dik Amar sih gampang, kan di hotel pasti juga nyediain?” katanya.

“Dik Amar kok gak dengerin sih….” kata bu Mirna sambil menepuk paha saya. Tangan bu Mirna saya pegang…sambil berkata, “abis ada pemandangan yang lebih bagus”, sambil mata terus memandang ke belahan dadanya.

“Ah nakal dik Amar ini?” kata bu Mirna. Akan tetapi tangannya tatap saya pegang sambil saya remas, karena diam saja berarti kesempatan nih. Terus tangan saya beralih kepahanya…. “jangan dik?” kata bu Mirna tanpa berusaha menolak.

Dan akhirnya saya beranikan untuk menciumnya, bu Mirna mundurkan kepalanya berusaha menolak… tetapi setelah saya pegang kedua tangannya sambil menatap, akhirnya bu Mirna memejamkan matanya sambil mulutnya sedikit terbuka.

Langsung saya cium bibirnya perlahan…dan lama kelamaan ibu Mirna memberikan respon dengan membalas ciuman saya. Tangan saya langsung tidak bisa diam membiarkan tetek yang begitu menggairahkan, perlahan saya pegang teteknya..sambil sedikit meremas…. “ah..ah jangan dik” tapi tangan bu Mirna malah menekankan tangan saya ke teteknya.

Ciuman saya terus turun ke lehernya sambil berusaha memasukkan tangan ke belahan dadanya, bu Mirna semakin mendesah? “ah…uh…ah terus dik, enak?” kata bu Mirna. Saya semakin bernafsu…sehingga kancing baju bu Mirna langsung saya lepas? “jangan dik…ntar keterusan?” kata bu Mirna.

“Oh bu…saya udah gak bisa nahan bu, tolonglah? kita sama-sama butuhkan bu?” kata saya. Akhirnya bu Mirna menyerah..membiarkan mulut saya menyedot putting susunya yang semakin menegang……

“ah…ah….ahhhh dik nikmat dik, terus dik?” desahnya. Sementara tangan kanan meremas susu sebelah kanan, mulut terus menjilat dan menyedot yang sebelah kiri….. “ahhhhh…uhhh…..ahhhhh dik udah dik? ibu nggak tahan”.

Tapi tangan bu Mirna malah mengandeng tangan saya ke arah pahanya, yang entah kapan kebayanya udah disingkapkan…..tangan saya langsung ke gundukan memeknya yang masih tertutp cd, dan terasa jembutnya keluar dari samping cdnya.

Tangan saya terus menggosok-gosok memek bu Mirna…….. “ah…ahhhh…ahhhh dik terus dik terus…enak banget?” desahnya dengan logat jawa yang kental. Akhir dengan seijin bu Mirna…..cd itu saya pelorotin, sehingga terpampanglah memek bu Mirna yang menggunung dan empuk tersebut, dengan bernafsu langsung saya gesek memek tersebut…sambil berusaha menemukan itilnya, tersedengar ibu Mirna semakin mendesah tidak karuan….. “dik ahhhh enaaaaak dik…enaaaaaakkkkk banget”.

Dan ciuman saya terus bergerak turun…..akhirnya terciumlah bau khas memek wanita, yang membuat saya semakin bernafsu, dan langsung saya jilat memek yang kemerah-merahan tersebut. “ahhh berhenti dik…jangannnnn?” kata bu Mirna setelah tahu saya telah menjilat memeknya…… saya berhenti dan bertanya, “kenapa harus berhenti bu?”.


“Jangan dijilat dik memek ibu….jijik dan jorok” kata bu Mirna. “Emang bapak dulu ndak pernah jilatin memek ibu?” kata saya. “Ndak…?” kata bu Mirna. “Wah rugi bu?” kataku sambil terus meremas tetek dan menusukkan jari tengah saya ke lubang memek.

“Rugi kenapa dik?” tanya bu Mirna. “Rasnya nggak kalah sama ngentotin memek ibu….dan juga bikin tambah nafsu” kata saya sambil langsung menjilat memek bu Mirna…..setelah menjilat bibir memek langsung lidah saya masuk mengelitik lubang memek yang semakin basah oleh lender kenikmatan…….lidah terus kuputar dirongga memek sehingga menambah kenikmatan….

“ahhh…ahhhhhh dik…….uhhhhh….ahhhhh…nikmat banget dik? terus dik…terus..jilatin memek ibu….ya disitu dik…terus ….terus…..” Saat itil bu Mirna aku jilatin dan aku sedot…….

“ahhhhh…ahhhhhh….uhhhh…..uuuuuhhhhh dik Irfaaannnnnn ibu mau keluar…ahhhhhhhhh dikkkkkkkkkkk ibu keluar….” kepala saya langsung ditekan kememek bu Mirna dengan keras…..dan terasa dilidah lendir hasil dari orgasme ibu Mirna. Ibu Mirna memejamkan mata merasakan kenikmatan yang baru didapatnya…….sambil berkata,

“benar dik Amar ternyata memek kalo dijiliat dan disedot rasanya nikmat banget…..” Tiba-tiba ada suara orang datang dari halaman rumah, dan tergesa-gesa kami merapikan baju…….sedangkan cd bu Mirna langsung diumpetin kekolong kursi,….ternyata anak bu Mirna yang kedua pulang dari tempat belajarnya.

Setelah anaknya masuk…..langsung bu Mirna ngomel kenapa kok anaknya pulang cepat nggak sperti biasanya ? “Ibu belum puas ya…?” Goda saya. Ibu tersipu sambil berkata…….”iya sih abis sudah lama ibu tidak merasakan hal seperti ini……..apalagi memek ibu pengin dientot pakai ****** dik Amar biar sama2 bisa puas…kan dik Amar belum keluar?” kata bu Mirna.

“Iya sih bu….nanggung rasanya kontolku ini? tapi udahlah bu…karena malam ini saya harus ke kota nginep di hotel, dan lagian anak ibu juga sudah pulang. Tapi yang jelas saya senang bisa memuaskan hasrat ibu…..” sambil tangan saya meremas buah dadanya.

Ahhhh..dik Amar, tapi rasanya tidak adil kalo Cuma ibu yang mendapat kepuasan…..kalo gitu ibu besok ke kota dan mampir ke hotel boleh nggak dik?” kata bu Mirna. “Boleh…boleh bu? tapi benar ya bu….iya besok jam 10 pagi” kata bu Mirna sambil tersenyum. Jam 10 pagi, pintu kamar hotel diketuk orang dan ternyata bu Mirna menepati janji datang, langsung saya peluk dan saya cium….. “ah dik Amar kok gak sabaran sih?” kata bu Mirna.

Saya nggak peduli…langsung saya lucuti semua pakaian yang dikenakan ibu Mirna, hingga terpampang tubuh telanjang yang begitu menggairahkan, kubimbing ibu Mirna ke ranjang dang langsung saya emut dan saya remas buah dada yang begitu montok dan empuk tersebut? “aaaaaaahhhhhhhh dik……..dilepas dong bajunya” kata bu Mirna sambil tanggannya melepas baju yang saya kenakan, sekarang kami sama2 telanjang. Kembali saya cium bibir bu Mirna…terus turun kesemua lekuk tubuhnya..

“ahhhhh….uhhhhh…hisap tetek ibu ……hisap?” mulutku langsung pindah ke susu bu Mirna….sambil tangan menggesek-gesek memek yang terasa kenyal dan hangat, “ahhhhh…..uhhhhhh…..dik……nikmat ……dik…..ib….uuu sudah lama nggak merasakan ngentot…terus…..teruuuuuusssss dik?”.

Ciuman saya terus turun ke perut dan akhirnya sampai ke gundukan memek yang begitu merangsang…..langsung saya jilat….dan saya sedot itil bu Mirna, sambil menggeser posisi ke 69, dan bu Mirna pun tanpa diminta langsung menngemut ****** saya…..

“uhhhhh nikmat sekali buuuuu?” ****** saya terus diemut keluar masuk mulut bu Mirna sambil dipijat….. “uhhhhh….ahhhhhhh….enak sekali buuuuu”, saya juga tidak mau kalah, langsung saya putar lidah saya di memek bu Mirna……sambil tangan saya sedikit menusuk-nusuk anusnya. “aduhhhhhh dik….apalagi ini……enaaaaaak banget dik….. ahhhhhhhh……. ahhhhhhhhhh”,

Tiba2 ibu Mirna mengejang dan terasalah cairan yang keluar membasahi bibir, yang langsung aku sedot hingga habis. Aku biarkan bu Mirna istirahat sejenak…sambil terus memainkan putting susunya yang masih menegang……setelah beberapa saat, mulai saya hujami tubuh bu Mirna dengan ciuman sehingga ibu Mirna kembali memberikan reaksi yang lebih panas…….. “ahhhhhh….uuuhhhhhhh….dik, ayo dik entotin memek ibu…..ibu sudah kangen dientot…..ahhhhhhhhh”, sayapun memutar tubuh bu Mirna untuk mengambil posisi doggy,

Hingga tampaklah gundukan memek ibu Mirna yang menantang, dengan perlahan kumasukkan batang penisku secara perlahan…karena terdengar ibu Mirna menjerit seraya berkata “perlahan dik….. memek ibu sudah lama gak dientot……”

Perlahan aku masuk dan keluarkan kontol….hingga akhirnya semuanya amblas ke dalam memek bu Mirna ……dan reaksi bu Mirna sungguh diluar perkiraan karena dengan goyangan pantatnya yang besar…kontol saya terasa ditarik dan dipijit dengan nikmatnya…..
“ahhhhhh….uuuuuuuhhhhhhhh…buuuuu…ueenna aaak sekali memek ibu?” Dan saya pun tak mau kalah dengan mengambil strategi 3:1, tiga kali tusukan setangah ****** dan sekali tussukan ****** hingga amblas ke memek bu Mirna…… sepuluh menit kemudian desahan bu Mirna semakin keras…..

“ahhhhhhh dik…memek ibu enak banget…..uhhhhhh ****** adik enaakk
banget……uhhhh..ahhhhhh.uuuuuuuuu..ahhhhhh” “Terus dik…memek ibu udah nggak kuat…….dik…..dik …dik Amar……ibu kekkeeluaaaarrrrrr…..ahhhhhhhhhh”, desahan bu Mirna semakin panjang seiring keluarnya lendir kenikmatan. Setelah istirahat sejenak…bu Mirna langsung mengurut penis dan mengemutnya dengan lincah sekali. “ahhhhh bu……uuuhhhhhh nikmat sekali bu?” desah saya.

kemudian bu Mirna berhenti sambil berkata “dik Amar sesuai janji ibu semalem….maka hari ini ibu akan memberikan kenimatan yang tidak terlupakan bagi ****** dik Amar?”. Ibu Mirna langsung mengambil posisi di atas…setelah mengurut kontolku beberapa saat….bu Mirna langsung ngangkang dengan membimbing kontolku untuk memasuki lubang memeknya……..terasa sekali perbedaan dengan entotan yang pertama tadi, kali ini memek bu Mirna terasa lebih seret dan terasa lebih hangat.

“oooooohhhhhh……ahhhhhh……uhhhhhhhh bu enankkkkkk sekali memeeeeek ibu……..ohhhhhh ****** saya ibu apain…..uuhhhhhh nikmat banget bu?”. Ibu Mirna hanya menjawab dengan desahan nafsnya……

“ahhhhhhh…….uuuuuuhhhhhh dik…memek ibu juga nikmat sekali…….”, pantat bu Mirna masih terus bergoyang dengan sekali-kali diangkat, sehinggga membuat kontolku terasa sangat nikmat…..melebihi yang aku rasakan dengan istri.

“ooooooohhhhhhhh…..uuuuuuhhhhhh ennnnnaaakkkk sekali bu………”, nggak percuma aku menginginkan entot dengan wanita berumur 35-42 tahunan karena memang berbeda permainan sex mereka, mungkin karena lebih berpengalaman…seperti bu Mirna yang memeknya terasa sekali empotannnya kataku dalam hati.

“Ahhhhhhhh…..uuuhhhhhhhhhibu aku udah gak tahan” “sebentar dik Amar, bareng sama ibu…”, kata bu Mirna sambil terus menggoyang pantat dan menaikkan turunkan sambil mendesah…. “ahhhhh…..dikkkk ..uuuuuuuhhhhh ibu enaaak sekali….ahhhhhh dik ibu juga mau keluar……..”.

“ya bu aku juga…….ahhhhhhhhh………”, Ibu Mirna mengejang dan terasa lendir membahasi memeknya. “terus goyang…bu ….terus ….nikmat buuuuuuuu…ahhhhhhhhhhhhh”, aku menyemprotkan pejuhku kedalam memek bu Mirna secara kuat, akhirnya kami tertidur, hingga jam 12 siang kami makan dan terus melanjutkan ke babak kedua.


Karena waktu tugas di kota S tinggal 3 hari, maka dua hari kemudian kami janjian untuk mengulangi kenikmatan seperti kemarin, itulah pengalaman saya yang pertama dan mungkin yang terakhir, karena saat ini saya sudah tidak bekerja di tempat yang lama, saya sendiri tidak menyangka akan mendapat sensasi kenikmatan yang luar biasa dengan mengentot wanita usia 35 – 42 tahunan,

Sehingga penis saya yang normal ukuran orang Indonesia hingga saat ini masih menginginkan hal tersebut terulang, tapi karena tempat bu Mirna yang jauh dan untuk jajan rasanya takut, terpaksalah melakukan onani apabila melihat wanita setengah baya yang menggairahkan.
6:32 AM

Cerita Seks Terasa Dijepit

Cerita Seks Terasa Dijepit
Cerita Seks Terasa Dijepit. Suatu hari telepon di kantorku berbunyi. Saat kuucapkan “halo”, terdengar suara merdu dari seberang sana. “Siang, bisa bicara dengan Pak Vito?” “Ya, saya sendiri, dengan siapa saya bicara?” “Oh, ini Pak Vito? Pak, ini Herlin dari toko ABS ” Aku hanya mengiyakan,

Cerita Seks Terasa Dijepit
cerita sex ngentot, cerita ngentot terbaru, cerita orang ngentot, kumpulan cerita ngentot, ngentot cerita, cerita hot ngentot, cerita nyata ngentot, koleksi cerita ngentot, cerita ngentot baru, kumpulan cerita ngentot terbaru

aku tahu itu adalah sebuah toko handphone di mall ini. Aku mengira dia pasti akan membicarakan masalah operasional, atau komplain tentang pengelolaan gedung ini. Ternyata dugaanku meleset. “Ada yang bisa saya bantu Bu Herlin?” Aku biasa memanggil semua orang dengan sebutan Bu, baik masih muda ataupun sudah berumur, sekedar untuk formalitas.


“Saya dengar-dengar cerita tentang Bapak, saya ingin bertemu dengan Bapak, kapan Bapak ada waktu?”
“Saya selalu ada waktu Bu, silakan datang kapan saja Anda suka.” 10 menit kemudian, gadis muda berusia 22 tahun ini telah ada didepanku dan menceritakan segala keluhannya.

Dia merasa tidak PD dan minder dengan penampilannya, padahal menurutku dia sudah dalam segala hal, dari wajahnya yang cantik, ukuran tubuhnya sangat proporsional, kulitnya yang kuning langsat tanpa noda, hanya saja dadanya kecil, tapi paling tidak nilai totalnya 8 (menurutku).

“Apa yang membuat Ibu berpikir demikian? Saya rasa Ibu sudah memiliki segalanya. Saya yang gemuk gini aja PD kok” Dia tersipu sambil berbisik, “Maaf Pak, tolong jangan panggil saya Ibu, saya masih single, panggil saya Herlin.”

Aku mengangguk.”Dan jangan panggil aku Pak, panggil aja Vito.” Dia mengangguk. “Dan.., kamu bisa menyimpan rahasia ngga Vito?”

Aku memastikan hal itu kepadanya. Kemudian dia menceritakan, bahwa dia minder dengan dadanya yang berukuran hanya 34A. Aku cukup kaget, karena sebelumnya aku tidak pernah menjumpai “pasien” yang mempunyai keluhan seperti ini.

“Herlin, jujur saja aku baru pertama kali menghadapi keluhan seperti ini. Kamu pasti tahu kan, kalau selama ini aku hanya menangani pasien pasien dengan keluhan yang ‘lumrah’, Aku ngga tau bisa berhasil atau tidak. Lagipula aku punya istri, gimana aku harus menjelaskan ke istriku?” Herlin mengangguk dan tersenyum, ”

Aku tidak akan menceritakannya kepada siapapun, aku juga malu kalau sampai orang tahu. Dan aku harap kamu mau mencobanya dulu, kita ngga tau hasilnya kalau belum mencoba dulu kan?”. Aku berpikir keras sebelum aku menyanggupinya. Herlin tersenyum dan memberikan kartu namanya kepadaku.

“Aku tunggu kamu di rumahku malam ini jam delapan.” Jam delapan lewat lima menit aku sudah berada di rumah Herlin. Rumahnya tidak begitu besar tapi terasa nyaman dan sejuk.

“Kamu tinggal sendiri di sini?” tanyaku. “Ngga, sama temen-temen, tapi pada punya acara sendiri-sendiri ama pacarnya. Makanya aku nyuruh kamu datangnya hari ini, biar dirumah ngga ada orang. Yuk cepetan, nanti keburu temen-temen pulang” Aku mengangguk dan mengikuti Herlin yang melangkah ke kamarnya. Kamarnya didominasi warna pink muda, dingin hembusan angin dari AC terasa di kulitku,

membuatku merinding. Dengan malu-malu Herlin membuka kaos dan branya, dan aku menyuruhnya tidur terlentang. Sejenak aku agak grogi karena baru pertama kali melihat tubuh wanita selain istiku setengah telanjang, tapi bagaimanapun aku harus melaksanakan kewajibanku.

Aku mulai terapi dengan memijit titik-titik darah yang berada di pundak dan dada atasnya. Setelah kurasa darahnya telah mengalir lancar, aku mulai memijit payudaranya dengan pijitan yang lembut. Payudaranya kecil tetapi terasa kencang. Herlin memejamkan matanya dan sesekali mengeluarkan lenguhan dan erangan saat tanganku menyentuh putingnya yang berwarna coklat muda itu.

Tak kusadari, adikku mulai berdiri. Bagaimanapun juga, aku sebagai manusia normal tetap bisa terangsang, apalagi berada dalam satu ruangan dengan wanita muda yang cantik setengah telanjang dan aku sedang memijit payudaranya.

“Vito.., jangan disitu terus dong mijitnya, geli..” Aku terkejut, tanpa kusadari pijitanku lebih sering berada di daerah sekitar putingnya.

“Ha? ehm.. iya.. maaf.” Herlin mungkin melihat wajahku yang memerah, dia tertawa dan berkata, “hi..hi..hi.., kenapa? Kamu terangsang ya..? Ngga pa pa deh, aku juga suka kok.. Cuma agak geli aja..” kata-katanya membuatku semakin gugup.

“eh.. kayaknya hari ini cukup dulu deh Lin, mungkin besok bisa diterusin..” jawabku. Herlin semakin ngakak, “Vito.. kamu kok lugu banget sih? Nggak pa pa.. terusin aja.. Kenapa? takut ketahuan istri kamu ya?” Herlin merengkuhku dalam pelukannya dan mencium bibirku dengan lembut. Aku terhenyak, tapi dia kembali menarikku dan memagut bibirku dengan penuh nafsu.

Dalam kebingunganku dia berbisik, “Vito.., sudah lama aku menantikan hal ini.., begitu lama aku memendamnya.., aku sayang kamu Vito.. Bercintalah denganku Vito..” Aku cuma bisa duduk diam kayak orang bego.

“Aku pikir kamu salah orang Lin.. Kalau kamu pikir aku bisa membuat kamu bahagia, kamu bener-bener salah.. Aku gemuk, eemm.. barangku kecil.. terus.. ekonomiku pas-pasan, dan yang terutama, aku sudah punya istri dan anak.. Kamu becanda.. Kamu pasti becanda kan?” tanyaku tak percaya.


Herlin tersenyum manis dan berkata, “Vit, biar kujelaskan dulu.., dari dulu aku memang suka dengan pria yang bertubuh gemuk. Aku ngga peduli barangmu kecil atau apa.. kamu lihat juga dong, susuku kan kecil juga.

Aku rela jadi istrimu yang kedua, dan lagian aku kan kerja juga, jadi kamu ngga usah bingung masalah perekonomian..” Jelasnya panjang lebar. Herlin menatap mataku dalam-dalam, seakan ingin menunjukkan ketulusan hatinya. Kupeluk dia erat-erat, Herlin menciumi seluruh wajahku, dan kubalas ciumannya dengan tak kalah bernafsu.

Herlin membuka satu persatu kancing kemejaku lalu tangannya membelai dada dan perutku dengan lembut. Kurasakan bulu – bulu halus di sekujur tubuhku berdiri. Sentuhan tangannya begitu lembut. Herlin tidak berhenti, dia memelorotkan celana panjang dan celana dalamku, lalu dengan sigap dia memegang adikku yang sudah berdiri tegak. Barangku memang tidak panjang, bahkan bisa dikatakan ukuran mini.

Herlin mulai mengelus-elus adikku dan mengocoknya dengan lembut. Jari-jarinya yang lentik terasa dingin saat menyentuh batang kemaluanku. Aku tak mau kalah, kulepaskan celana pendek yang dia kenakan, dan terlihat dia memakai CD semi transparant sehingga terbayang rerimbunan bulu-bulu yang tidak begitu lebat.

Kuelus bukit kemaluannya dari luar CD yang ia kenakan, Herlin melenguh, “oouuhh.. Vito.., aku milikmu..” Aku hisap puting susunya yang telah mengeras, lalu aku mainkan dengan lidahku, kupuntir-puntir dengan bibirku sementara tangan kiriku meremas-remas payudaranya yang satu lagi, dan tangan kananku menyelusup masuk di balik CDnya dan membelai bukit kemaluannya.

Perlahan kubuka belahan vaginanya, terasa sekali vaginanya telah basah oleh cairan yang keluar terus menerus dari vaginanya. Kumainkan kelentitnya dengan jari tengahku, Herlin mengerang dengan sangat keras, merasakan kenikmatan yang dia terima saat ini.

“aauuhh..aahh.. oohh teruuss Viit, teruuss.. Aaahh..” Aku terus memainkan kelentitnya sambil terus menyusu padanya, sementara tangannya masih terus mengocok-ngocok kemaluanku dengan lembut, dan sesekali pegangannya agak mengencang, apabila dia merasakan kenikmatan.

Aku tak sabar lagi, jari tengahku aku masukkan sedikit demi sedikit ke dalam lubang vaginanya, spontan dia berteriak dan menarik tubuhnya, “jangan..” Aku memandangnya dengan perasaan heran, kemudian dia berbisik di telingaku, “I’m still virgin.., aku ngga mau perawanku hilang oleh jari, aku ingin dengan ini,” katanya sambil mengelus kemaluanku.”

Lagi-lagi aku terkejut. Aku tidak menyangka masih ada gadis sekarang yang bisa menjaga keperawanannya sampai usia yang cukup matang. Dan lagi-lagi kebimbangan hadir dalam pikiranku, masa aku harus memerawaninya?

“Lin, kamu masih perawan?” tanyaku tak percaya. Dia mengangguk. “Aku ingin memberikan mahkotaku ini kepada orang yang ku cintai. Aku sudah bilang, aku rela menjadi istri kedua. Toh nanti pada akhirnya aku akan memberikannya padamu juga, jadi untuk apa kita tunggu lama-lama?” Herlin mengatakan hal ini dengan mantap.

Sejenak kemudian dia merebahkan dirinya diatas kasur sambil mengangkangkan kakinya lebar-lebar. “Aku siap untuk menerimamu sayang..” Setelah ia mengatakan ini, aku langsung berlutut di depannya dan kupeluk dia erat-erat.

Dia menciumi wajahku dan aku memulai mneggesek-gesekkan batang kemaluanku di lipatan vaginanya. Terasa sekali banyaknya cairan yang keluar dari liang kewanitaannya. Perlahan-lahan kutusukkan penisku ke vaginanya, Herlin memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya.

Pelan-pelan kudorong penisku, dan kurasakan ada yang sedikit mengganjal, lalu kudorong sekuat tenaga, bleess.. “hheegghh..aauuhh..” Herlin menjerit tertahan, dan terasa ada cairan hangat yang membasahi penisku, mengalir keluar ke pangkal pahaku. Lalu aku perlahan mulai menggoyangkan pantatku maju mundur dan terasa jepitan vagina Herlin di penisku.

Herlin mulai merasakan nikmat, terlihat dari nafasnya yang memburu dan desahan-desahannya yang membuat suasana bertambah merangsang. “mmhh..mmhh..aauuhh..oohh.. Vitoo.. teruuss.. auuhh.. Aduh.. Pelan dikit Vito.. ”

“Herlin.. oohh.. enak banget sayang.. oouuh.. goyangin pantatnya Lin..” “Ooouuhh.. aku ngga tahan Vito.. enak banget.. terus.. aahh.. uuhh.. aku.. aku.. ngga tahan lagi.. aahh..Vito..”. “Jangan ditahan Lin.., keluarin aja.. ”

“Vitoo.. Auuhh.. aku sayang kamu Vitoo..” seerr..seerr..serr.. terasa hangat di penisku saat Herlin mengalami orgasme. Aku tetap menggoyangkan pantatku maju mundur semakin cepat sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian akibat gesekan penisku dengan vagina Herlin.

Creep..creep..creek..clopp.. creek.. Herlin terkulai lamas merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan, aku pun merasa akan mencapai klimaks, “Lin, aku.. mau.. keluaarr..” “iyaa.. Keluarin aja.. di daleem..” beberapa detik kemudian, aku memuncratkan seluruh energiku di dalam vaginanya creett..creett.. cruutt.. creett..

Beberapa kali spermaku menyemprot di dalam vagina Herlin. Aku merebahkan diri di samping Herlin, dan selintas kulihat spermaku bercampur darah perawan Herlin mengalir keluar dari vagina Herlin. Kulihat wajah Herlin begitu damai dengan nafas yang masih agak memburu.


Beberapa saat kemudian Herlin membuka matanya dan tersenyum kepadaku, sambil memelukku ia berkata, “Vito, jangan tinggalkan aku yah.. Aku sayang banget sama kamu..”

Aku hanya mengangguk pelan, walau di hatiku masih terdapat kebimbangan. Sampai aku menulis cerita ini hubunganku dengan Herlin masih tetap berjalan tanpa ada orang yang mengetahuinya. Istriku sempat curiga denganku, tetapi setelah kujelaskan bahwa Herlin adalah rekan kerja, dia percaya dan tidak pernah lagi menanyakan hal ini lagi.

Untuk para netters yang ingin berbagi pengalaman dengan saya, silakan kirim imel. Begitu juga bagi para netters yang ingin berkonsultasi mengenai pengobatan alternatif, juga dapat menghubungi saya via imel atau telepon langsung.
6:28 AM

Cerita Seks Atur Jadwal

Cerita Seks Atur Jadwal
Setiap kali Airin putriku pulang mengajak teman temannya, aku selalu menelan liur melihat kecantikan dan kesexyan mereka dalam berpakaian maupun bersikap, mereka begitu bebas dan tak sungkan sungkan, padahal usia mereka rata rata barulah 17 tahun, tetapi gayanya sudah seperti orang yang dewasa. kiriman cerita sex terbaru : www.tempatceritasex.com

Bagiku hal ini tak menyusahkan malahan menggembirakan karena dapat membuat mataku yang seperti keranjang ini terpuaskan oleh pertunjukan yang dihidangkan oleh anak anak muda ini. Yang penting mereka tak memakai obat bius, bagiku segalanya OK.

Airin sendiri sudah sering aku tanyai tentang cara dia bersikap tetapi selalu dia jawab “bahwa dia dan teman temannya punya prinsip dan ini tak boleh dicampuri orang lain”.


Aku dan isteriku hanya tertawa setiap kali mendengar kata katanya ini, karena kami selalu teringat ketika ia masih bayi yang begitu lucu dan montok. Sekarang dia sudah dewasa wajahnya cantik sekali dan badannya montok seperti mamanya,

Aku yakin kalau salah satu cowok yang sering datang itu pasti pacarnya, tetapi aku tak berani menduga apakah anakku sudah pernah berhubungan seks apa belum.

Padahal jika meramal orang lain aku pandai sekali, Salah seorang teman anakku yang sering datang dan main kerumah adalah seorang aktris sinetron yang terkenal, Diah sering membintangi sinetron yang berthemakan hantu.

Aku tertarik dengan anak ini karena meskipun umurnya sepantaran dengan anakku, tetapi badannya aduhai sekali disamping wajahnya cantik sekali dengan rambut terurai panjang. Setiap kali dia main kerumah aku selalu memperhatikannya apalagi jika dia berenang, dengan pakaian renangnya yang sangat minim itu aku selalu dapat melihat kemontokan susunya disamping juga dari samping celana renangnya selalu kelihatan bulu jembutnya yang hitam itu.

Tetapi seperti juga teman anakku yang lain, mereka cuek saja meskipun aku ada didekat mereka. Akulah yang kebingungan untuk menyembunyikan kontolku yang ngaceng melihat tubuh mereka yang merangsang itu, setiap kali aku selalu memakai handuk ditepi kolam renang.

Diah sangat manja kepadaku seringkali dia kurangkul seolah olah dia anakku tetapi sebenarnya aku ingin sekedar merasakan kekenyalan susunya serta kelembutan pantatnya yang montok itu.

Aku sudah berangan angan untuk menikmati nonok Diah , sayangnya kesempatan itu selalu tak pernah ada, padahal makin hari aku makin tak tahan memandang Diah yang bagiku terasa makin seksi dan berani didepanku itu.

Pernah dia suatu hari secara terang terangan membuka baju renangnya didepanku sementara Airin menggosokkan krim penahan panas dipunggungnya. Semua ini sangat merangsangku untuk sekali kali mencicipinya, jikalau selama ini aku berprinsip tak akan mencicipi perawan, tetapi untuk Diah aku kecualikan, krn aku benar2 tak tahan lagi.

Kesempatan itu akhirnya tiba secara tak diduga duga… Yaitu ketika kami sekeluarga berlibur di Puncak,Siang itu aku bermaksud turun ke Jakarta karena tadi aku mendapat telepon dari Lily sekretarisku bahwa ada seorang ibu yang ingin berjumpa denganku untuk menyelesaikan persoalannya.

Saat aku memutar Mercedesku, kudengar teriakan Airin yang memanggilku, aku berhenti dan menunggu Airin serta Diah yang berlari lari kearahku. Ternyata Diah juga harus pulang ke Jakarta karena sore nanti dia ada shooting sedangkan Airin tak bisa turun karena ada janji dengan temannya untuk bertemu di villa.

Aku langsung OK dan kamipun segera meluncur ke Jakarta berdua saja. Diah benar benar santai, dia hanya memakai short , kaus serta jacket. Tak henti hentinya mulutnya bercerita kesana kemari yang selalu kujawab apa adanya.

Dan ketika Diah membuka jacketnya, dan melemparnya kejok belakang, aku menoleh kearahnya untuk melihat pakaian yang dikenakannya.

Ternyata Diah memakai kaus tanpa lengan serta tak memakai beha, karena kulihat susunya yang besar itu menggelayut dari balik kausnya itu dan yang paling membuat aku mata gelap adalah ketika ia menyilangkan kedua lengannya kebalik kepalanya sehingga ketiaknya yang dihiasi bulu bulu halus itu tampak jelas dihadapanku.

Lalu tanpa sungkan aku berkata pada Diah ” Diah, kamu kok tak pakai beha ? Diah tertawa sambil berkata ” Kan pakai jacket Oom, kalau dimobil sih biar saja, kan cuman Oom yang ngliat, lagian enak Oom nggak risih !”

Aku juga tertawa sambil berkata “Oom juga nggak pakai celana dalam, karena rasanya risih kalau pakai ! Diah tertawa ngakak, “masak sih Oom, apa Oom nggak kuatir kalau terjepit ritsliting ?”

Aku jawab ” ya mesti hati hati dong ! Saat itu ketika Diah melihat kearah pahaku dia tertawa geli sambil berkata ”

Idih burungnya Oom berdiri tuh, kok celananya jadi mencuat begitu !” Aku tertawa sambil berkata, Oom jadi terangsang ngliat susumu yang montok itu, jadinya ya berdiri ! Sambil berkata tanganku mengusap susunya dengan tangan kiriku.

Diah tertawa geli sambil berkata ” kalau Oom senggol senggol nanti malahan jadi nggak karuan lho Oom ! Aku tersenyum sambil berkata lagi, “Coba kamu pegang punya Oom, pasti kamu belum pernah rasakan seperti yang satu ini !”

Dengan terkikik Diah langsung memegang batang kontolku dari luar celanaku, dia langsung berteriak “Idih gede banget Oom ! Ketika kubuka celana panjangku, Diah lagi lagi terpekik melihat kontolku yang seperti anak kucing itu.

Entah karena sudah akrab dengan aku atau bagaimana, yang jelas dia dengan spontan memegang kontolku dan meremasnya. Akupun dengan berani merogoh susunya dari balik kausnya, ternyata susu Diah sangat kenyal. Ketika kusingkap kausnya keatas sehingga susunya terjuntai keluar, aku menelan ludah susunya benar indah.

Pentilnya merah muda dan buah dadanya sungguh montok dan bundar sangat bagus sekali. Dan saat kutawarkan pada Diah untuk berhenti disatu motel yang tampak didepan, Diah mengangguk sambil tersenyum katanya

“Oom jangan bilang Airin ya, Diah malu . Aku hanya mengangguk dan segera kubelokkan mobilku memasuki motel. Begitu pintu garasi motel ditutup, tanpa turun dari mobil aku langsung menciumi wajah Diah yang ayu itu dan mencari bibirnya.

Diah sendiri balas merangkul aku dan mandah saja ketika kuhisap bibirnya dalam dalam. Kubuka kausnya dan kuajak dia turun dari mobil. Kami berdua keluar dari mobil dalam keadaan yang lucu, karena aku berjalan dengan celana terbuka sehingga kontolku terjulur keluar sedangkan Diah berjalan tanpa baju alias telanjang dada.

Begitu sampai dikamar, aku tak sabar lagi mencopot short yang dipakai Diah, serta juga celana dalamnya, tubuh Diah benar benar bagus, tak salah dia menjadi bintang sinetron. Badannya sangat mulus dan bersih seolah tanpa setitik nodapun menempel dikulitnya yang putih itu, hanya dipangkal pahanya tumbuh semak hitam yang tipis menutupi bukit nonoknya yang cembung itu.

Aku mencium bibirnya serta mengulum bibir yang berlipstick merah itu, Diah balas memelukku sambil menggigit bibirku pelan pelan, bibirku turun terus menciumi seluruh lekuk tubuh Diah mulai dari lehernya yang jenjang terus kebawah kepuncak bukit susunya , mengulum pentil susunya yang sudah mengeras seperti kerikil itu.


Diah merintih rintih merasakan rasa geli dan nikmat yang kubuat itu. Setiap kali aku mengulum pentilnya, Diah menekan kepalaku kedadanya sehingga wajahku terbenam dikelembutan susu Diah, aku terus menjelajahi tubuh Diah, kujilati pelan pelan bagian bawah susunya sampai kepusarnya yang bundar itu, persis seperti anak kucing yang mandi kering.

Diah mendesis desis, kali ini aku benar dituntut kesabarannya untuk menghadapi anak seusia Diah ini, meskipun Diah sudah banyak bergaul dengan temannya yang mungkin juga jagoan merayu, tetapi aku tidak boleh kalah, justru aku harus menunjukkan bahwa aku lebih telaten dari anak muda yang biasanya main serbu dan lari itu.

Ketika jilatanku sampai kebukit nonoknya yang berjembut tipis, akupun mulai menjilati jembutnya dengan lidahku sehingga jembut Diah menjadi basah kuyup, pelan pelan jilatanku mulai menyusuri lereng bukit cembung itu menuju lipatan paha Diah yang menuju liang surga.

Kulihat liang nonok Diah masih tertutup rapat, hanya tampak itilnya yang menonjol keluar seperti kacang serta lendir yang membasahi celah surga itu. Ketika lidahku menyentuh itil Diah, Diah terlonjak kegelian, kutahan kakinya dan pelan pelan kukuakkan pahanya sehingga kepalaku tepat berada diantara pangkal pahanya.

Lidahku kujulurkan menyelusupi liang nonok Diah sambil sekali kali kujilat itilnya yang makin membengkak itu. Kucium bau harum yang khas keluar dari nonok Diah, bau yang selalu kucium bila menghadapi perempuan yang sedang bernafsu, kubersihkan semua lendir yang keluar dari nonok Diah dengan menjilatinya.

Saat itulah Diah mengejang sambil merintih serak, tangannya mencengkeram sprei tempat tidurnya dan kakinya menjepit kepalaku yang ada diselangkangannya itu. Rupanya Diah sudah mencapai kepuasannya meskipun hanya dengan aku jilati saja.

Kubiarkan Diah merasakan semuanya itu, sementara aku tak berhenti menjilati itilnya yang menjadi pusat rasa geli itu. Begitu kurasakan Diah melepaskan jepitan pahanya dikepalaku, aku menghentikan jilatanku dan menindih tubuhnya sambil memeluknya.

Diah membalas pelukanku sambil menciumi bibirku, kontolku yang sudah ngaceng berat itu mulai kuarahkan keliang nonoknya yang sudah licin dengan lendir itu, mudah sekali untuk menyelipkan kontolku diantara liang nonok Diah.

Saat itulah Diah tiba tiba berkata : “Oom pelan pelan ya, Diah belum pernah berbuat seperti ini lho !” Aku benar benar kaget mendengar pengakuan Diah ini, berarti Diah masih perawan. Memang aku sering menduga kalau kelihatannya Diah masih perawan, karena seringkali ketika kupeluk dan kuremas terasa kekenyalan seorang perawan, tetapi setelah apa yang kulakukan padanya dan begitu pasrahnya dia padaku, kukira ia sudah pernah melakukannya sehingga tak canggung lagi.

Ternyata dugaanku itu salah semua, Diah masih perawan…… Dengan lembut aku mencium bibirnya dan berbisik : “jangan kuatir, Oom akan pelan pelan kok!” Diah memejamkan matanya ketika aku mulai mendorong kontolku memasuki liangnya yang masih asli itu.

Sebenarnya jika sudah licin seperti ini, dengan mudah kontolku akan menembus nonok Diah, tetapi karena masih terhalang dengan selaput perawannya, maka aku harus ekstra hati hati agar Diah tak merasa kesakitan.

Sambil meremas buah dadanya, kontolku terus kudorong pelahan pelahan memasuki liang Diah, memang meskipun licin, terasa dinding liang Diah menggigit kontolku.

Tetapi setiap kali aku mendorong masuk selalu Diah mendorong badanku sambil merintih, ku terus mendorong sambil berkata : “tahan sedikit Diah, sebentar juga hilang, nanti yang terasa cuman enaknya saja ”

Diah seakan akan tak mendengar bisikanku itu, bahkan ketika kontolku menyentuh selaput gadisnya, dia langsung menjengit sambil berteriak lirih. Dan aku menahan gerakanku sementara tanganku makin aktif meremas susunya serta menciumi wajahnya yang awut awutan itu.

Begitu kurasakan Diah agak terlena oleh rasa nikmat yang kutimbulkan, aku langsung menekan kontolku lebih keras dan….breet…sleeeppp….blus…….. kontolku berhasil menembus selaput keperawanan Diah. Diah memekik, kubekap mulutnya dengan tanganku, karena aku kuatir kalau didengar kamar sebelahku.

Setelah kulihat Diah sudah mulai tenang, kulepaskan bekapan tanganku dan kuciumi bibirnya, Diah memelukku erat erat, katanya “aduh.. sakit Oom, jangan keras keras ya Oom…. !” Aku tak menyahut, justru pelan pelan aku mulai menggerakkan batang kontolku menyusuri liang sempit Diah yang baru saja kuperawani ini.

Diah berkali kali menggigit bibir menahan perih yang dirasakannya, tetapi lama kelamaan Diah kembali mulai memeluk aku sambil mendesis desis kegelian. Kuremas buah dadanya yang kenyal itu dan kucucup pentilnya yang masih membatu itu.

Gerakanku yang tadinya lambat mulai kupercepat makin cepat sampai tiba tiba aku mengejang karena air maniku ambrol memenuhi liang nonok Diah. Diah juga ikut ikutan mengejang, karena dia juga mencapai puncak kenikmatan yang kedua kalinya,

Aku berbaring lemas diatas tubuh Diah, kurasakan semua kenikmatan yang kudapat dari liang nonok Diah yang hebat itu.

Diah sendiri terus memeluk aku sambil memejamkan matanya, bahkan ketika aku ingin mencopot kontolku dari liangnya, Diah melarangnya. Aku menurut saja, kami berbaring berpelukkan sementara kontolku masih terbenam diliang nonok Diah sampai tertidur.

Sekitar satu jam kami berpelukan seperti itu, ketika aku terbangun Diah juga membuka matanya, ia tersenyum memandangku, dipeluknya aku sambil berbisik : “Oom jangan tinggalkan Diah ya, Diah sayang sama Oom !”

Aku diam saja tetapi aku membalasnya dengan mencium bibirnya yang merekah itu. Ketika akhirnya aku berhasil mencabut kontolku dari liang nonok Diah, langsung saja air mani yang memenuhi liang nonok Diah membanjir keluar membasahi sprei bercampur dengan darah perawan Diah.

Kuajak Diah kekamar mandi untuk membersihkan diri, Diah menurut saja, dengan tertatih tatih ia kutuntun kekamar mandi. Kami sama sama masuk kedalam bak mandi dan berendam dalam air hangat. Air yang hangat, Diah yang cantik dan telanjang bulat membuatkon kontolku jadi ngaceng lagi.

Kutarik tangan Diah dan kuarahkan kekontolku agar dipegang, ketika Diah merasakan kontolku yang sudah ngaceng lagi itu, dia tertawa geli dan meremas remasnya. Lalu kutarik Diah agar duduk diatas pangkuanku dan kuarahkan kontolku keliang nonoknya. Begitu kurasakan nonoknya sudah menjepit kontolku, kutekan tubuhnya sehingga kontolku masuk kedalam liang itu sekali lagi.

Diah kadang kadang menjengit menahan rasa perih yang mungkin masih timbul, tetapi begitu kontolku habis terbenam dalam liangnya dan kusuruh dia untuk menaik turunkan pantatnya, ternyata Diah dengan lancar dapat melakukannya, dengan memelukku sambil menempelkan buah dadanya kedadaku Diah bergerak naik turun merasakan nikmatnya kontolku.

Entah karena nafsuku yang menggebu atau memang nonok Diah yang luar biasa, kali ini aku cepat mencapai klimaks, Diah hanya tertawa ketika dirasakannya kontolku lemas dan melejit keluar dari nonoknya itu. Kami berpakaian kembali dan meninggalkan motel meneruskan perjalanan menuju Jakarta. Dalam perjalanan Diah tak lagi banyak cerita, dia hanya menyandarkan badannya kebadanku sambil memejamkan matanya.

Kupeluk dia sambil tetap menyetir, saat itulah hand phone ku berbunyi, rupanya Airin putriku yang menilpon, dia ingin berbicara dengan Diah katanya. Ketika kuserahkan tilpon pada Diah, kuperhatikan Diah berkali kali tertawa sambil berceloteh.


Ketika telpon sudah ditutup, kutanyakan apa yang dikatakan Airin, Diah menjawab kalau Airin curiga karena suara Diah yg serak tidak seperti biasanya itu, dia menduga ada sesuatu yg terjadi. Aku hanya tertawa saja, begitu juga dengan Diah. ……….

Sebelum berpisah aku ajak dulu Diah makan siang sekaligus kuberikan cek tunai senilai 30 juta agar supaya bisa dipakainya belanja. Aku benar benar suka dengan Diah, karenanya aku tak sayang membuang uang sebanyak itu. Diah berterimakasih menerima cek itu, dia bilang setiap saat aku butuh, dia akan mengatur jadwalnya agar bisa bersamaku lagi.

Aku hanya tersenyum, dan kupesankan agar kalau dia main sama pacarnya jangan lupa cerita padaku, karena aku senang mendengar cerita semacam itu. Diah hanya mengangguk, sambil menyeringai. Dan aku yakin bahwa setelah kuperawani,

Diah pasti akan selalu kepengen menikmati persetubuhan dan pasti dia akan mulai mau diajak main oleh pria pria yang selama ini menguber uber dia. Aku merasa beruntung karena cewek secakep Diah, ternyata aku yang berhasil memerawaninya.
6:21 AM

Cerita Seks Urat Nadiku Menegang

Cerita Seks Urat Nadiku Menegang
Sebelumnya kuperkenalkan dulu siapa diriku. Namaku Nunu, mahasiswa semester pertama di universitas JS di kota P dan nama pacarku Rirrie semester I di kampus yang sama di kota P juga. Wajahnya cantik walaupun tidak secantik bintang sinetron, manis tepatnya.

Punya alis mata yang hitam tebal yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Dengan hidung yang mungil lucu plus bibir “dower” yang selalu merah dan dihiasi dengan gigi yang sedikit tidak teratur tetapi justru giginya itu yang menjadi daya tariutamanya.

Tingginya sekitar 155 cm, berat 47 kg. Badannya mungil tapi montok. Bahu yang datar dan badan yang tegap dihiasi dengan sepasang payudara indah berukuran 32B yang proporsional sekali dengan tubuhnya. Pantat yang terbentuk rapi disertai sepasang kaki yangindah, terutama betisnya.

Pinggang yang ramping, perut yang datar dan pinggul yang tidak terlalu besar. Tapi sungguh, dengan keadaan tubuh seperti itu, tidak ada pria yang bisa menahan napsunya jika melihatnya sedang telanjang bulat.


Aku barus saja menjemputnya pulang sekolah jam setengah dua siang. Biasanya sich dia bawa motor sendiri, cuman hari itu entah kenapa dia berangkat sekolah naik becak. Jadinya saat pulang sekolah dia menelponku minta dijemput. Panas sekali hari itu.

Saat sampai di rumahnya aku tidak langsung pulang. Aku mampir sejenak buat sekedar menghilangkan rasa haus. Aku duduk di ruang tamu, di sofa yang panjang, sementara dia mengganti baju sekolahnya dengan gaun santai. Entah model apa bajunya, yang jelas dia memakai kaos dengan celana pendek yang berbahan kaos juga. Dia tampak seksi sekali dengan dandanan seperti itu.

Dia balik sambil membawa segelas sirup dingindan kemudian tiduran di sofa dengan posisi kepalanya di pangkuanku. Kami pun berbasa-basi, saling menanyakan kabar masing-masing. Karena memang kita sudah lama tidak ketemu.

Aku barusan pulang dari Jogja, tinggal di sana beberapa hari. Dia orangnya memang gampang sekali kangen sama pacarnya. Ditinggal beberapa hari saja sudah sepertisebulan hebohnya. Dan kalau dia sedang kangen, rugi aku kalau tidak ada di sisinya.

Tau maksudnya kan? Lalu kami mulai bercerita tentang kegiatan kami masing-masing selama ini sambil sesekali saling mencumbu, berciuman dan berpagutan mesra. Saling memainkan lidah. Kubiarkan mulutnya melumat bibirku.

Kubiarkan giginya menggigit lembut bibirku. Kurasakan lidahnya menari-nari di dalam mulutku. Napasnya yang lembut mendera wajahku. Oh ya, aku paling suka “kissing” dengannya saat dia sedang makan coklat. Rasanya jadi tambah enak. Dan seperti biasa kalau kami sedang berasyik masyuk, kedua belah tanganku selalu menari-nari di tubuhnya. Selalu! Orang dianya sendiri yang minta buat dijamah.

“Pokoknya kalau kamu sedang mencumbuku, sekalian dech tangan kamu ngerjain tubuhku. Biar tidak nanggung. Tapi harus di bagian yang sensitif. Seperti di daerah sini, sini dan di sini!” katanya kepadaku suatu waktu sambil tangannya menunjuk leher, dada dan bawah perutnya.

Enak katanya. Akunya sich oke-oke aja. Siapa yang bakal menolak ditawarin kerjaan seperti itu. Mulailah pekerjaanku. Kudekatkan kepalaku ke lehernya, kukecup perlahan leher itu kemudian kugigit perlahan. Dia mendongakkan kepalanya tanda dia merasa kegelian. Kucium daerah telinganya dan kukulum bagian telinga yang menggelambir.

Dia mendesah perlahan dan kemudian melingkarkan kedua tangannya ke leherku. Tangan kananku pun berusaha menopang punggungnya agar tubuhnya sedikit tegak dan tangan kiriku segera kumasukkan ke balik bajunya, mengakibatkan kaosnya terangkat sampai ke perut.

Tanganku menyentuh kulitnya yang halus. Menyusup ke punggungnya untuk melepas tali BH-nya. Dan mulailah tanganku menjelajahi bukit barisan itu. Kuremas payudaranya, terasa lembut sekali, diapun merintih.

Kupilin putingnya, dia mengerang. Kutarik puting itu dan diapun mendesah. “Ahh..!” Kuputar-putar jariku di sekitar puting itu “Sshhh..!” Dia mengerang merasakan kenikmatan itu. Kuremas-remas buah dada itu berulangkali, kucubit bukit itu.

Rasanya kenyal sekali. Nggak bakalan bosan walaupun tiap hari aku disuruh menyentuhnya. Lalu tanganku pun turun menyusuri perutnya, menuju hutan tropis. Masuk ke dalam celana dalamnya yang terbuat dari kain satin dengan sedikit renda pada bagian vaginanya.

Kutemukan tumpukan kecil daging yang ditumbuhi rambut-rambut halus. Kugunakan jari telunjuk dan jari manisku untuk membelah labianya yang masih terasa liat sementara jari tengahku kumasukan sedikit ke dalam liang senggamanya.

“Mmhhh…” Dia kegelian. Kedua kakinya nampak terjulur lurus, sedikit menegang. Kucari seonggok daging kecil diantaranya. Bagian yang mampu mengantarkan seorang wanita merasakan apa arti hidup yang sesungguhnya.

Setelah kutemukan mulai tanganku memainkannya. Kusentuh klitoris itu lembut sekali, namun akibatnya sungguh luar biasa. Tubuhnya menggelinjang hebat dengan kedua kaki terangkat ke atas menggapai-gapai di udara.

Dia melenguh dengan mata terpejam dan lidah yang menjilati bibirnya. Langsung kulumat mulutnya. Dia pun membalas dengan ganas. “Uuhhhh…” Lalu tangan kiriku berusaha menarik klitorisnya, kupencet, kusentil, kupetik, kugesek dengan jari tengahku.

Dia memang paling suka disentuh klitorisnya. Dan kalau sudah disentuh, bisanya seperti orang sakau. Mendesah, mengerang, dan menggigil.

Pernah suatu ketika aku ditelpon supaya datang ke rumahnya cuma untuk “memainkan” klitorisnya. Ya, ampuun… setelah puas bermain api, kami pun mencari air untuk menyiramnya. Ehh.. sorry, ngelantur. Tak lama kemudian dia mengajakku ke lantai dua.

“Mas, naik ke atas yuk?”

“Mo ngapain?” tanyaku.

“Ke kamarnya Mbak Dian, di sini panas. Ada AC di sana.”

“Boleh!” aku setuju. Kami pun naik ke lantai dua. Satu persatu anak tangga itu kami lewati dan kami pun masuk ke kamar Mbak Dian.

Aku langsung tiduran di tempat tidur, sementara dia menyalakan AC-nya. Lalu dia rebah di sampingku. Kami bercerita lagi dan bercumbu lagi. Kali ini kulepas kaosnya, setumpuk daging segar menggunung di dadanya yang tertutup BH semi transparan seolah ingin melompat keluar. Waw, menantang sekali dan kemudian dengan kasar kusentakkan BH itu hingga terlepas, lalu terhamparlah pemandangan alam.

Nampak 2 gunung kembar yang berjejer rapi. Bergelanyut manja di dadanya. Putingnya yang berwarna coklat kemerahan kokoh tegak ke atas mengerling ke arahku menantang untuk kunikmati.

Payudaranya betul-betul indah bentuknya, terbungkus kulit kuning langsat tanpa cacat sedikitpun, yang tampak membias jika terkena cahaya, yang menandakan payudara itu masih sangat kencang. Maklum payudara perawan yang rajin merawat tubuh.

Namun dengan payudara seperti itu, jangankan menyentuh, cuma dengan memandangnya saja kita akan segera tahu kalau payudara itu diremas akan terasasangat lembut di tangan. Kudekatkan wajahku ke dadanya.

Mulutku kubuka untuk menikmati kedua payudaranya. Bau harum khas tubuhnya semerbak merasuk ke dalam hidungku. Kuhisap salah satu putingnya, kugigit-gigit kecil. Lidahku bergerak memutar di sekitar puting susunya.

Dia mengejang kegelian. Menjambak rambutku dan ditekankan kepalaku ke dadanya. Wajahku terbenam di sana. Kugigit sedikit bagian dari bukit itu dan kusedot agak keras. Nampaklah tanda merah di sana. Puas kunikmati dadanya, mulailah ada hasrat yang menuntut untuk berbuat lebih.

Tampak juga di wajah Rirrie. Matanya menatapku sayu. Wajahnya memerah dan napasnya memburu. Kalau dia dalam keadaan seperti ini, dapat dipastikan diasedang terangsang berat. Dan aku yakin kemaluannya pasti sudah basah. Aku bertanya padanya, “Rie, sekali-kali kita ngewek yuk!” “Ah, tidak mau ah!” dia menolak.

“Kenapa?” tanyaku. “Aku malu,” jawabnya. “Malu sama siapa?” tanyaku lagi. “Aku malu diliat bugil. Aku malu kamu liat anuku.” terangnya.

“Lho, kamu ini aneh. Masa hampir tiap hari kupegang memek kamu, cuma ngeliat malah tidak boleh?” tanyaku keheranan.

“He..” dia tertawa manja. Otakku bekerja mencari akal. “Atau gini aja, kamu ambil selimut buat nutupin tubuh kamu. Ntar kita cari gaya yang bikin memek kamu nggak keliatan,” usulku sembarangan, nggak taunya dia setuju.

“Iya dech Mas” Aku girang setengah mati. Lalu dia pun turun ke bawah mengambil selimut. Tak lama kemudian dia sudah ada di hadapanku lagi dengan sebuah selimut batik di tangannya. Lalu selimut itu diserahkannya kepadaku.

“Nah, sekarang kamu lepas semua pakain kamu!” perintahku. Dia pun segera melepas semua pakaiannya. Sungguh anggun cara dia melepas pakaian. Perlahan namun pasti.

Apalagi saat dia mengangkat kedua tangannya untuk melepas penjepit rambut yang menyebabkan rambutnya terurai indah menutupi sebagian pundaknya. Oh, cantik sekali dia. Berdiri telanjang tanpa sehelai benang pun menutupi tubuhnya.

Layaknya seorang bidadari. Dengan payudara yang kencang mengantung indah, dengan bulu halus yang tertata rapi menghiasi bagian bawah perutnya. Dan ketika sadar dirinya telanjang bulat, secepat kilat dia merampas selimut yang ada di tanganku dan digunakanya untuk menutupi tubuhnya.

Kusuruh dia untuk naik ke atas tempat tidur dalam posisi merangkak membelakangiku. Aku segera melepas seluruh pakaianku. Dia menengok ke belakang dan tak sengaja menatap penisku yang sudah tegang berat dan langsung memalingkan wajah. Jengah. Sambil merajuk manja.

“Ihhh…” Walaupun kami sering bercumbu tapi kami belum pernah saling mempertontonkan alat vital masing-masing. Kalau saling pegang atau sekedar nyentuh sich sering. Makanya jangan heran kalau dia jengah waktu melihat penisku.

Dan lagi dia itu orangnya pasif. Penginnya “dikerjain” melulu, tapi kalau disuruh “ngerjain” suka ogah- ogahan. Padahal sebenarnya dia senang sekali kalau disuruh memegang penisku. Tapi itulah dia, dia yang seorang Rirrie yang penuh dengan tanda tanya.


Yang aku pun masih suka bingung untuk mengikuti jalan pikirannya. Aku pun segera mendekat membawa seluruh amunisi yang kupunya. Siap dalam duel berdarah. Kuangkat sedikit selimut yang menutupi pantatnya dan harum birahi yang amat kusukai dari vaginanya menyebar.

Tanganku pun masuk ke balik selimut itu. Mencari daerah jajahan yang harus dikuasai. Meraba-raba sampai akhirnya kutemukan gundukan itu. Terasa benar bulu kemaluannya di jariku.

“Aowww… iiihhh! Mas nakal!” Dia protes ketika aku berusaha mencabut beberapa helai bulu kemaluannya. Sebelumnya buat para pembaca, aku melakukan ini semua tanpa melihat ke arah vaginanya. Bayangkan, bagaimana sulitnya.

Soalnya aku belum pernah menatap langsung vagina sekarang ini. Mulai kupusatkan perhatianku di daerah selangkangannya. Vaginanya terasa basah. Pasti dia sudah sangat terangsang. Dan kucari letak lubangnya dengan jariku.

“Ah, geli Mas!” dia tersentak ketika tak sengaja tanganku menyentuh klitorisnya. “Hore ketemu…!!!” aku teriak kegirangan. Akhirnya kutemukan lubang itu. Kumasukkan seperempat jari telunjukku ke dalam vaginanya. Sebentar kuputar-putar disana.

Pinggulnya bergerak-gerak tanda dia kegelian. Lalu kutarik kembali dan kini pelan-pelan kusorongkan rudalku untuk mencoba menembus dimensi itu. Saat pertama penisku menyentuh vaginanya, secara refleks dia mengatupkan kedua kakinya.

“Dasar perawan..” kataku di dalam hati. Lalu perlahan kucoba merenggangkan kakinya. Terasa ada penolakan halus disana.

“Ayo dong sayang, direngganging sedikit kakinya. Katanya pengen di entotin.” Dia nurut, perlahan dia mulai mengangkangkan kedua kakinya. Rudalku pun kembali mencari sasarannya. Mulai menempel di bibir vaginanya. Terasa hangat di situ.

“Aduh Mas, aku deg-degan nich” “Udah kamu tenang aja dech!” Perlahan tanganku mencoba untuk membuka tabir itu. Kugunakan jemari tanganku untuk menguak vagina itu. Sedikit terbuka. Dan kucoba memasukkan penisku.

“Bless!” Kepala rudalku mulai masuk, membuat Rirrie mengerang kesakitan, membuatnya sedikit tidak nyaman.

“Aduh, Mas, sakit nich!” dia merintih. Kepalanya mendongak ke atas dengan mimik menahan rasa sakit.

“Tahan sebentar ya sayang! Sakitnya paling cuma sebentar kok.” Kasihan juga sich melihat dia begitu. Tapi demi kenikmatan itu apa boleh buat. Namun saat kepala rudalku mulai menguak masuk vaginanya, terasa ada energi yang sangat kuat dari dalam vaginanya mencoba untuk menyedot penisku agar masuk ke dalam vagina itu. Sampai pinggulku tertarik maju membuat seluruh penisku melesak ke dalam lubang itu. “Sleep…” “Ah, Mas sakit nich!” “Tapi kok enak ya Mas?”

“Makanya kalo pengen lebih enak jangan ribut terus!” kataku. “Enak tapi kok aneh ya Mas? Kayak ada yang ngganjel,” dia ngomong sekenanya.

Aku pun tertawa. “Kamu santai aja dong, jangan tegang gitu.” Dia menuruti perintahku. Dan sensasi yang belum pernah kami rasakan mulai meresap di diri kami. Penisku rasanya seperti diremas-remas lembut sekali oleh suatu benda asing yang hangat dan basah tak dikenal, disedot-sedot oleh vaginanya.

Duh.. nikmatnya luar biasa. Mataku sampai nanar menahan kenikmatan itu. Lembab namun terasa sangat nyaman.

Mulai kugerakkan maju mundur pinggangku, kugenjot penisku perlahan dan kemudian sedikit demi sedikit kupercepat genjotanku, kadang-kadang kupelankan sambil kubenamkan sedalam- dalamnya ke lubang vaginanya sampai dia menjerit, “Mas.. Mas aduh yang ini sich enak banget.. tusuk lagi dong yang keras Mas!” Rirrie memohon.

Langsung saja kuturuti permintaannya. penisku bergesekan dengan dinding vaginanya yang membuahkan kenikmatan tersendiri bagi kami. Mengakibatkan bunyi berdecak yang mengiringiku menuju sejuta kenikmatan.

Tidak lama kemudian Ririe mendesah hebat sambil badannya bergerak ke sana-kemari, cepat sekali, badannya meliuk-liuk, tangannya meremas- remas sprei tempat tidur hingga acak-acakan.

“Uuuhh.. enak sekali Mas.. pelanin dong nyodoknya,” rintih Rirrie. Kuturuti kemauanya. “Uh!” nikmat sekali rasanya.

Kupompa perlahan-lahan sambil kunikmati kenikmatan yang menjalar ke seluruh tubuhku. Sebentar-sebentar dia menggoyangkan pinggulnya, seolah-olah ingin agar penisku juga merasakan kenikmatan itu. Kedua belah tanganku bergerak kesana kemari menjelajahi bagian belakang tubuhnya. Kujambak rambutnya dan kudongakkan kepalanya.

Kubungkukan badanku lalu kuciumi punggungnya. Kujilati leher itu. Kutampar perlahan pantat Rirrie. Dia menjerit kecil. Tanganku pun mengarah ke depan menyambar payudaranya yang menggelantung tak berdaya. Manggut- manggut mengikuti gerakan badannya. Membuatku semakin horny.

Payudaranya terasa lebih keras dari biasanya. Mungkin karena dia sedang dalam kondisi terangsang puncak. Kuremas-remas dengan kasar.

Kupilin-pilin putingnya dan, “Plop…” ya ampun puting itu terlepas. Rambutnya yang panjang melambai-lambai mengikuti irama genjotanku. Matanya terlihat amat sayu dan sebentar- sebentar terpejam. Hingga akhirnya…

“Adduuhh.. Rirrie tidak kuat lagi Mas..” “Rirrie pengen pipis..” “Masss.. aaakhh..” Kurasakan dia menekan vaginanya sedalam mungkin sambil menggoyang- goyangkan pinggulnya dan mengatupkan kedua kakinya yang membuat penisku semakin keras terjepit. Namun sungguh, tindakannya justru makin menambah nikmat gesekan yang kurasakan.

Tubuhnya tersentak dan berdiri tegak membelakangiku. Kepalanya disandarkan di bahuku. “Masss.. enak sekalii.. Hmmm..” Lalu kulihat kepalanya mendongak ke atas dan kedua bola matanya membalik seperti orang kesurupan.

Tangannya bergerak ke belakang memeluk tubuhku. Dan menekan kuat tubuhku seolah ingin menyatukan dengan tubuhnya. Intensitas denyutan vaginanya semakin tinggi dan kekuatan menyedotnya pun bertambah besar. Yang menyebabkan penisku terasa semakin tertarik di liang senggamanya. Kupercepat lagi genjotanku. Dan akhirnya…

“Ohhh… aaakhhh.. ouch… Mas enak!” Teriakannya keluar seiring orgasme yang dicapainya. “Seerrr…” cairan bening pun keluar membasahi liang senggamanya. Banjir. Kurasakan suhu di sekitar situ bertambah panas.

Sekian lama berlalu tapi Rirrie masih terus memejamkan matanya dan menekan kuat pinggulnya. Menggerak-gerakannya kekiri dan kekanan. Mencoba untuk menyerap segala kenikmatan yang baru pernah dirasakanya.

Dia meracau tak karuan. Saat orgasme yang dialaminya berakhir, dia pun terkulai lemas. Menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan mata terpejam. Dalam posisi nungging. penisku terlepas dari vaginanya. Tubuhnya bermandikan keringat. Semakin menambah pesona kecantikan tubuhnya.

Tak sengaja aku melihat daerah selangkangannya. Ternyata bentuk vaginanya bagus sekali. Vaginanya yang berwarna merah jambu nampak merekah sedikit monyong dan labia minora-nya nampak sedikit menjorok keluar.

Mungkin karena tadi rudalku berkali-kali membombardir pertahanannya. Vagina itu berdenyut-denyut dan berkilat terkena cahaya. Sedikit darah keluar dari dalam vaginanya perlahan turun mengalir ke pahanya.

Ternyata dia masih benar-benar perawan. Kubiarkan dia untuk mengatur detak jantungnya. Agar mampu menghimpun kembali energi yang secara mendadak dikeluarkannya. Sepertinya dia agak shock. Maklum, pengalaman pertama.

“Mas… yang barusan itu enak sekali.” Dia berbisik sambil menatapku dengan senyum kecil di sudut bibirnya. Senyum penuh kepuasan.

Lalu kurebahkan tubuhnya sehingga dia dalam posisi tengkurap tidur, aku pun merebahkan tubuhku menindih punggungnya. Tanganku bergerak kembali ke arah selangkangannya. Becek sekali di sana. Kucari kembali letak liang senggama itu.

“Ayo sayang buka kembali surga kamu,” pintaku.

Perlahan dia mengangkangkan kembali kedua kakinya. Dan kini giliranku untuk memetik kemenangan itu. Begitu melihat Rirrie membuka sedikit saja selangkangannya, semangatku langsung membara lagi. Kuambil ancang-ancang untuk memasukkan kembali penisku.

Satu.. dua.. tiga.. dan, “Bleess…” dengan mudahnya penisku menembus vaginanya. Tanpa permisi dan karena sudah tidak sabar langsung kugenjot dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudia kurasakan seluruh urat nadiku menegang dan darah mengalir ke satu titik. Aku akan mencapai orgasme.

“Rie, Mas mau keluar nich..” “Gantian Ya?” “Iya Mas, dienak-enakin lho!” Rirrie berkata sambil kembali mengatupkan kedua kakinya.

Terasa dia sedikit mengejan untuk memberi kekuatan di daerah perutnya yang mengakibatkan otot-otot di sekitar vaginanya kembali mencengkeram kuat. Semakin kupacu genjotanku dan akhirnya pada saat akan terjadi titik kulminasi kuangkat tubuhku dan kutarik penisku keluar dari vaginanya dan langsung kubalikan tubuh Rirrie dan kuraih tangan kanannya lalu kusuruh dia mengocok penisku.

Kutarik kepalanya mendekati penisku. Penisku seperti dipompa sampai bocor. Air maniku pun menyembur kencang dalam genggaman tangannya. Mengenai wajahnya. Aku melenguh. Kulihat air maniku menetes di sprei tempat tidur.

Air maniku sepertinya tidak mau berhenti. Tanganya yang lembut terus mengurut penisku dengan cepat, mengusap-usap kepala rudalku dengan ibu jarinya. Sampai air mani terakhir menetes di tangannya. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sampai terasa ke tulang sumsum. “Enak Mas?” tanya Rirrie. Aku mengangguk.

“Belum pernah aku merasakan yang se.pertii.. ini,” jawabku terbata- bata.

Aku merasa tubuhku lelah sekali. Lemas tak berdaya. Rirrie mendekatkan wajahnya ke rudalku, dan dengan sangat-sangat lembut dikecupnya kepala rudalku berkali-kali sambil berkata, “Kamu benda kecil tapi bisa bikin orang gede kepayahan.”

Aku tersenyum mendengar ucapannya. Rirrie memandangku dengan mesra sambil menebarkan senyum penuh pesona. Aku langsung roboh di atas tubuhnya. Menindih tubuhnya. Kugigit perlahan lehernya. Kujilat dagunya. Kukecup lembut bibirnya. Rirrie memeluk aku sambil mengecup lembut pundakku.

“Mas kapan-kapan kita ngewek lagi ya Mas?” pintanya. “Iya sayang. Suatu saat kita bakal ngewe lagi..
Kita cari gaya yang lainnya,” jawabku perlahan.

“Sekarang Mas pengen bobo dulu.

“Mas kecapean nich,” aku memohon.

“Iya dech Mas,” balasnya.

“Mas.. Rirrie tambah sayang dech sama Mas.”

Dan aku pun mendapatkan ciuman paling hangat di bibir dalam sejarahku bersamanya. Lalu tangannya turun ke bawah memegang penisku yang sudah lembek dan meremas-remasnya dengan lembut sampai dia terlelap.


Kemudian kupeluk tubuhnya, kukecup keningnya lembut dengan berjuta perasaan yang ada. Dengan sisa kekuatan yang ada, kuangkat badanku dan balik posisi badanku hingga kepalaku berada di antara selangkangannya.

Kukecup lembut vagina itu. Kujilat sedikit lendir yang membasahinya. Kunikmati sebentar pesona vaginanya dengan mulutku. Lalu akupun memejamkan mata. Kami pun tertidur meninggalkan senyum kepuasan di bibir kami.
6:11 AM

Cerita Seks Mengerang dan Meronta

Cerita Seks Mengerang dan Meronta
Cerita ini terjadi saat aku masih berusia 16 tahun, dan masih bersekolah di salah satu SMA di Medan. Namaku Chris, aku peranakan Canada-Chinese. Papa saya asal Canada, dan Mama saya Chinese Indonesia.

Kata teman2 wajahku sih lumayan… ganteng… ehmm. Tinggi saya 180 cm, ngak begitu tinggi dibandingkan dengan Papa yang 185 cm. Saya lahir di Canada, tapi sewaktu umur 10 tahun, Papa ditugaskan ke Medan, Indonesia.

Jadi aku juga ikut, dan bersekolah disana. Mula-mula terasa asing juga kota ini bagiku. Tapi lama kelamaan aku juga dapat terbiasa. Terus terang, pemikiranku lebih condong kepada pemikiran-pemikiran Timur, mungkin karena didikan Mama yang keras. Biarpun di negara2 Barat sudah biasa terjadi hubungan seks remaja, namun aku belum pernah melakukannya dengan pacarku…
well… at least pada saat itu.


Hari ini dimulai liburan Natal. Papa tidak pulang ke Canada seperti biasanya, katanya ada banyak pekerjaan. Mama bilang kalau aku merasa bosan disini sebaiknya aku pergi ke Jakarta, sekalian menjenguk kakek. Katanya aku juga bisa mencari tante Anne kalau ada waktu. Tante Anne ini teman baiknya Mama. Sama seperti Mama, dia juga dulu sekolah di Canada, dan pernah tinggal lama disana.

Saya sudah lama tidak pernah bertemu dengan tante Anne, tapi seingatku orangnya cantik sekali. Usianya sekarang mungkin sekitar 30 tahun, dia lebih muda dari mama. Sewaktu di Canada dia sering menginap di rumah kami, dan bermain-main dengan aku.

Akhirnya aku iyakan tawaran mama untuk pergi ke Jakarta. Hari kedua di Jakarta, aku minta diantar oleh supir ke rumahnya tante Anne. Rumahnya terletak di salah satu kompleks perumahan di Jakarta Selatan. Sebelumnya mama sudah menelepon dan memberitahukan kepadanya bahwa aku akan datang pada hari itu.

“Hi… wahh udah besar sekali kamu sekarang yah Chris… udah ngak tanda lagi Tante sama kamu sekarang… hahaha”, seingatku kira-kira begitulah katanya sewaktu pertama kali melihat aku setelah sekian tahun ngak jumpa. Wajahnya masih saja sama seperti yang dulu, seakan dia tidak bertambah tua sedikitpun.

“Oh yah… tuh supirnya disuruh pulang aja Chris… ntar kamu bawa aja mobil Tante
kalo mau pulang…”, aku pun mengiyakan, dan menyuruh pulang supirnya.

“Wah… besar sekali rumahnya yah Tante…”, kataku sewaktu kami memasuki ruang tamu. Aku dengar dari mama sih, katanya suaminya tante Anne ini anak salah seorang konglomerat Jakarta, jadi ngak heran kalau rumahnya semewah ini.

Setelah itu kami ngobrol-ngobrol, dia menanyakan keadaan mama, papa dan kakek. Tante Anne juga sudah lama tidak betemu dengan Mama. Lumayan lama kami ngobrol, setelah itu dia mengajak aku untuk makan malam.
“Makan dulu yuk Chris… tuh udah disiapin makanannya sama si Ning”, katanya menunjuk ke pembantunya yang sedang menghidangkan makanan di meja makan.

“Kita ngak nunggu Om Joe??”, aku menanyakan suaminya.

“Oh… ngak usah… Om mu ngak pulang malam ini katanya”

“Oh… ok deh”, kataku sambil beranjak ke ruang makan. Rumah sebesar ini cuman dihuni sendirian dengan pembantunya. Berani juga tanteku ini.

“Kamu berani pulang ntar Chris?? Udah malem loh ini…”, katanya sambil ngelirik ke jam dinding yang udah nunjukin jam 7 lewat 30 menit.

“Ah berani kok Tante…”

“Hmmm… mending kamu tidur disini aja deh malem ini… tuh ada kamar kosong di atas”

“Umm… iyah deh… ntar aku telepon ke Kakek kalo gitu…”, dalam hati aku mengira bahwa tanteku ini menyuruhku menginap karena dia takut sendirian di rumah, sama sekali tidak ada pikiran negatif dalam otakku sewaktu aku mengiyakan tawarannya. Sehabis makan aku pun menelepon ke rumah kakek, dan memberitahu bahwa hari ini aku menginap di rumahnya tante Anne.

“Oh iyah… kalau kamu mau mandi air panas, pake aja kamar mandi Tante. Ntar kamu pake aja bajunya Om Joe. Yuk sini!!”

“He-eh”, aku mengangguk sambil mengikutinya. Kamar mandi yang dimaksud terletak di dalam kamarnya. Kamarnya benar-benar mewah dan besar. Dengan tempat tidur ukuran double di tengah-tengah ruangan, mini theatre set, dan sebuah kamar mandi di sudut ruangan.

“Nih… coba… bisa pake ngak kamu??”, dia memberikan t-shirt dan celana pendek kepada aku.

“Bisa kayaknya…”, aku pun mengambil pakaian itu dan membawanya ke kamar mandi.

Sehabis dari kamar mandi, aku sempat sedikit kaget melihat tante Anne. Dia mengenakan baju tidur tipis, tidur tengkurap di atas tempat tidur. Kelihatan dengan jelas celana dalamnya, tapi aku tidak melihat tali BH di punggungnya.

Terangsang juga aku melihat pemandangan seperti itu. Kelihatannya ia tertidur saat menonton TV. TV nya masih menyala. Aku berjalan ke arah TV, bermaksud mematikannya. Melihat adegan panas yang sedang berlangsung di TV, mendadak aku terdiam pas di depan TV.

Kulihat kebelakang, tante Anne masih tidur. Aku berdiri menonton dulu, sekedar iseng. 5 menit lagi ah baru kumatikan, begitu pikiranku saat itu.
“Hey…”, saat aku sedang asyik menonton, tiba-tiba terdengar teguran halus tante Anne, diikuti oleh tawa tertahannya. Aku benar-benar malu sekali waktu itu. Aku berbalik ke belakang sambil tersenyum malu-malu. Waktu aku berbalik, kulihat tante Anne sudah duduk tegak di atas tempat tidur. Samar-samar terlihat puting susunya dari balik baju tidurnya yang tipis.

“Kirain Tante udah tidur…hehe”, kataku asal-asalan sambil berjalan hendak keluar dari kamar.
“Chris… bisa tolong pijitin badan Tante?? Pegel nih semua…”, terdengar suara helaan nafas panjang, dan suara kain jatuh ke lantai. Saat aku berbalik hendak menjawab, kulihat tante Anne sudah kembali tidur tengkurap di tempat tidur, tapi kali ini tanpa baju tidur, satu-satunya yang masih dikenakannya adalah celana dalamnya.

“Ya…”, hanya itu saja yang bisa keluar dari mulutku. Aku pun berjalan ke arah tante Anne. Sedikit canggung, kuletakkan tanganku di atas bahunya. “Engghh…”, terdengar dia mengerang perlahan.

“Om Joe kapan pulangnya Tante??”, kuatir juga aku ketahuan oleh suaminya.

“Emmm… mungkin minggu depan… ngak tau deh… kalau Om mu sih… jarang dirumah. Mungkin seminggu pulang sekali”, dalam hati aku merasa kasihan juga kepada tante Anne. Pantas saja dia merasa kesepian.

“Fhhuuuhhh…”, kembali terdengar helaan nafas panjang.

“Kamu udah punya pacar Chris??”, tanyanya memecah keheningan.


“Yah… di Medan”

“Hehehe… cantik ngak Chris??”, tante Anne emang dari dulu senang bercanda.

Sangat berbeda dengan ibuku yang kadang bersikap agak tertutup, tante Anne adalah penganut kebebasan Barat. Aku hanya tersenyum saja menjawab pertanyaannya.

“Turun dikit Chris…”, aku pun menurunkan pijatanku dari bahu ke punggungnya. “Kamu duduk aja di atas pantat Tante… supaya bisa lebih kuat pijitannya”. Aku yang semula mengambil posisi duduk di sampingnya, sekarang duduk di atas pantatnya.

“Unghh… berat kamu…”, mendengus tertahan dia waktu aku duduk di atasnya.

“Hehehe… tapi katanya suruh duduk disini…”, cuek saja aku melanjutkan pijatanku. Kontolku sudah terasa menegang sekali, sesekali aku tekan kuat2 kontolku ke pantat tante Anne. Walaupun aku masih memakai celana lengkap, namun sudah terasa nikmat dan hangat sewaktu kontolku aku tekan ke pantatnya.

“Iiihh… nakal ya… bilangin mama kamu lho…”, katanya sewaktu merasakan kontolku menekan-nekan pantatnya.

“Udah belom Tante?? Udah cape nih…”, kataku setelah beberapa menit memijat punggungnya.

“Iyah… kamu berdiri dulu deh… Tante mo balik…”, aku berdiri, dan tante Anne sekarang berbalik posisi. Sekarang aku bisa melihat wajahnya yang cantik dengan jelas, payudaranya yang masih kencang itu berdiri tegak dihadapanku.

Puting susunya yang merah kecoklatan terlihat begitu menantang. Aku sampai terbengong beberapa detik dibuatnya.

“Hey… pijit bagian depan dong sekarang…”, katanya. Aku duduk di atas pahanya, kuremas dengan lembut kedua teteknya. Lalu kupuntir-puntir puting susunya dengan jari-jariku. “Ihh…geli… hihihihi…”, cekikikan dia. Aku benar-benar sudah tidak bisa mengendalikan nafsuku lagi.

Sekarang ini yang ada dalam otakku hanyalah bagaimana memuaskan tante Anne, memberinya kepuasan yang selama ini jarang ia dapatkan dari suaminya. Rasa kasihan akan tante Anne yang telah lama merindukan kehangatan laki-laki bercampur dengan nafsuku sendiri yang sudah menggelora.

Aku menarik celana dalamnya dengan agak kasar. Kulihat dia hanya diam saja sambil memejamkan mata pasrah. Kuakui inilah pertama kalinya aku melihat wanita telanjang secara nyata. Tapi agaknya aku tidak begitu canggung, sepertinya aku melakukan semuanya dengan begitu alamiah.

Tante Anne membuka lebar kedua pahanya begitu celana dalamnya kulepas. Kulihat dengan jelas pepeknya dengan bulu-bulu halus yang dicukur dengan rapi membentuk segitiga di sekitarnya.

“Udah sering beginian yah kamu Chris??”, tanyanya heran juga melihat aku begitu mantap.

“Ehh… ngak kok… baru sekali Tante…”, nafasku sudah memburu… kata-kata pun sudah sulit kuucapkan dengan tenang. Kulihat nafas tante Anne juga sudah mulai memburu, berkali-kali ia menarik nafas panjang untuk menenangkan diri.

“Jilatin dong Chris…”, katanya memelas. Mulanya aku ragu-ragu juga, tapi kudekatkan juga kepalaku ke pepeknya.

Tidak ada bau tidak enak sama sekali, tante Anne rajin menjaga kebersihan pepeknya aku kira. Kujulurkan lidahku menjilati dari bawah menuju ke pusar. Beberapa menit aku bermain-main dengan pepeknya.

Tante Anne hanya bisa mengerang dan menggelinjang kecil menahan nikmat. Kulihat ia meremas sendiri buah dadanya dan memuntir-muntir sendiri puting susunya. Aku berdiri sebentar, melepaskan semua pakaianku.

Bengong dia melihat kontolku yang 18 cm itu. Aku cuman tersenyum kepadanya, dan melanjutkan menjilati pepeknya. Beberapa saat kemudian ia meronta dengan kuat.

“Aaahh… ohh God… aaargghhh…”, bagaikan gila, dia menjepit kepalaku dengan pahanya, lalu menekan kepalaku supaya menempel lebih kuat lagi ke pepeknya dengan dua tangannya. Aku susah bernafas dibuatnya.

“Lagi… arghh… clitorisnya Chriss… ssshhh… yah… yah… lagi…oooohh…”, makin menggila lagi dia ketika aku mengulum clitorisnya, dan memainkannya dengan lidahku di dalam mulut.

Aku memasukkan lidahku sedalam-dalamnya ke dalam lubang pepeknya. Bau cairan kewanitaan semakin keras tercium.

Pepeknya benar-benar sudah basah. Tiba-tiba dia menjambak rambutku dengan kuat, dan menggerakkan kepalaku naik turun di pepeknya dengan cepat dan kasar. Lalu ia menegang, dan tenang. Saat itu juga aku merasa cairan hangat semakin banyak mengalir keluar dari pepeknya. Aku jilatin semuanya.

“Ohhh… God… bener2 hebat kamu Chris… lemes Tante… aahh… ngak kuat lagi deh untuk berdiri… shitt… udah lama ngak begini…”, dia terbujur lemas setelah 1/2 jam yang melelahkan itu.

Aku cuman tersenyum. Perlahan kutarik kedua kakinya ke tepi tempat tidur, kubuka pahanya selebar-lebarnya dan kujatuhkan kakinya ke lantai. Pepeknya sekarang terbuka lebar. Nampaknya ia masih terbayang-bayang atas peristiwa tadi dan belum sadar atas apa yang kulakukan sekarang padanya. Begitu ia sadar kontolku sudah menempel di bibir pepeknya.

“Ohh… “, ia cuman bisa menjerit tertahan. Lalu ia pura-pura meronta tidak mau. Aku juga tidak tahu bagaimana cara memasukkan kontolku ke dalam pepeknya. Aku sering lihat di film-film, dan mereka melakukannya dengan mudah.

Tapi ini sungguh berbeda. Lubangnya sangat kecil, mana mungkin bisa masuk pikirku. Tiba-tiba kurasakan tangan tante Anne memegang kontolku dan membimbing kontolku ke pepeknya.

“Tekan disini Chris… pelan2 yah… punya kamu gede banget sih…”, pelan ia membantuku memasukkan kontolku ke dalam pepeknya. Belum sampai seperempat bagian yang masuk ia sudah menjerit2 kesakitan.

“Aahhhh… sakitt… oooh… pelan2 Chris… aduuh….”, tangan kirinya masih menggenggam kontolku, menahan laju masuknya agar tidak terlalu deras. Sementara tangan kanannya meremas-remas kain sprei, kadang memukul-mukul tempat tidur.

Aku merasakan kontolku diurut-urut di dalam pepeknya. Aku berusaha untuk memasukkan lebih dalam lagi, tapi tangan tante Anne membuat kontolku susah untuk masuk lebih ke dalam lagi. Aku menarik tangannya dari kontolku, lalu kupegang erat-erat pinggulnya. Kemudian kudorong kontolku masuk sedikit lagi.

“Aduhhh…sakkkitt… ooohhh… ssshhhh… lagi… lebih dalam Chriss… aaahhhh”, kembali tante Anne mengerang dan meronta.

Aku juga merasakan kenikmatan yang luar biasa, tak sabar lagi kupegang erat pinggulnya supaya ia berhenti meronta, lalu kudorong sekuatnya kontolku kedalam. Kembali tante Anne menjerit dan meronta dengan buas. Aku diam sejenak, menunggu dia supaya agak tenang.

“Goyang dong Chris…”, dia sudah bisa tersenyum sekarang. Aku ! menggoyang kontolku keluar masuk di dalam pepeknya. Tante Anne terus membimbingku dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan goyanganku.


Lama juga kami bertahan di posisi seperti itu. Kulihat dia hanya mendesis, sambil memejamkan mata. Tiba-tiba kurasakan pepeknya menjepit kontolku dengan sangat kuat. Tubuh tante Anne mulai menggelinjang, nafasnya mulai tak karuan, dan tangannya meremas-remas payudaranya sendiri.
“Ohhh… ooohh… Tante udah mo keluar nih… sshh… aaahh…”, goyangan pinggulnya sekarang sudah tidak beraturan.

“Kamu masih lama ngak Chris??? Kita keluar bareng aja yuk…. aahhh…”, tak menjawab, aku mempercepat goyanganku.

“Aahhh… shitt… Tante keluar Chrisss… ooohhh… gile…”, dia menggelinjang dengan hebat, kurasakan cairan hangat keluar membasahi pahaku. Aku semakin bersemangat menggenjot. Aku juga merasa bahwa aku bakal keluar tidak lama lagi.

“Aahhh… sshh…”, kusemprotkan saja cairanku kedalam pepeknya. Lalu kucabut kontolku, dan terduduk di lantai.
6:04 AM

Cerita Seks Lubang Liar

Cerita Seks Lubang Liar
Akhir-akhir ini aku agak gr karena ketika aku di depan rumah sudah pasti istri Pak RW yang sexy selalu menyapaku dengan ramah dan sedikit genit ..menurutku.

Kalau aku perhatikan Istri Pak RW masih muda kira-kira 28 tahun umurnya dan mempunyai anak yang sudah berumur kira-kira 10 tahun karena baru kelas 4 SD, ya mungkin aku gr saja kali batin aku dalam hati.

Suatu hari ketika aku pulang kerja aku mampir dulu ke supermarket yang ada di perempatan daerah menuju ke rumah kami, karena tadi siang istri sms untuk membelikan susu untuk si kecil, ketika baru sibuk cari merk susu ada tangan halus menepuk pundak aku dari belakang dan dengan suaru halus mendesah seperti suara syahrini berguman


‘Lagi cari apaan bapak…apa saya bisa bantu’ aku menoleh kebelakang dan agak kaget karena Istri Pak Rw sudah ada di belakang dan aku juga tersenyum manis karena dia tersenyum, logat suara dan gaya tubuhnya persis sekali bikin Syahrini membuat aku gemas dan ingin menerkam apalagi dia cantik dan seksi, aku mulai nakal memandang tubuhnya dari atas sampai bawah serasa menelanjangi bagian tubuhnya tapi malah dia sangat berani didepan aku lengat-lengot memperlihatkan kemolekan tubuhnya aku jadi semakin liar memandanginya.

Rambut panjang lurus agak kemerahan menghiasi kepalanya yang lonjong dan hidung mancung mata agak sayu dengan alis yang tebal, bibir sensual yang selalu berair membuat dia semakin kelihatan sempurna leher sedang dan dada terbelah dua dan agak membusung dengan tonjolan di kedua sisi yang cukup besar berisi di bawahnya perut kecil dan aku perhatikan kaki kecil tinggi dengan jemari kaki membuat tampilan Bu Rw sangat elegan apalagi di tambah gerak tubuh dan suara yang seperti Syahrini membuat aku memakan ludah sendiri.

Istri Pak Rw bertanya lagi ‘Eh…boleh aku bantu mencari susunya nggak ‘, eh ya……..bu boleh saja sahut aku agak kaget dari lamunanku.

Dan dia menantang aku lagi ‘Apa mas mau susu yang asli saja ‘ kata Istri Pak Rw sambil memperlihatkan kedua payudaranya kemuka aku, karena belahan bajunya agak ke bawah aku bisa langsung melihat dua tonjolan daging diantara belahan kemejanya, aku tersenyum sambil memandangnya menantang tapi setelah itu dia pamitan sama aku.

‘ Boleh aku minta nomor hp mas………..’ bisiknya dengan suara sexy…aku seperti sapi yang dicongok saja
, maka aku berikan nomor HP.
‘ Kalau sms jangan di rumah ya …’bisikku, dan Istri Pak Rw tersenyum sambil jalan menghilang.

Aku sudah kembali kerutinitas kerja yang super sibuk dan ketika kira-kira jam 9 wib ada sms masuk setelah aku buka aku baca ‘Mas bisa nggak besok menemani aku meting di Hotel Borobudur soalnya suami aku lagi ada acara di luar kota…kalau bisa besuk aku tunggu di lobi hotel jam 10 wib ya….’

aku berpikir sejenak karena aku ingat gerak tubuh dan logat bicaranya yang mendesah-desah seperti Syahrini aku jadi pingin mendapat sensasinya dan langsung aku membalas smsnya ‘Ok deh…………..bisa aku kesana jam 10 wib……..’ dan setelah selesai aku sms, sms Istri Pak Rw aku hapus dan tak lupa menghapus kirimannya untuk menghilangkan jejak kalau misal istri aku membuka-buka sms.


Aku melanjutkan aktifitas kerja seperti biasa lagi dan tak terasa sudah sore dan mulai pulang kerja dan ketika sampai depan rumah ibu Rw sudah aku lihat ada di teras depan rumahnya sambil mengawasi aku dan aku pura-pura tidak tahu langsung masuk rumah.

Paginya ketika sampai kantor aku tetap kerja seperti biasa dan tepat jam setengah sepuluh pagi aku ijin untuk pulang ada acara, dan aku langsung menuju Hotel Borobudur.

Aku lihat Istri Pak Rw sudah ada di lobi sambil biasa dengan manja dan desahan yang khas menghampiri aku dan kami berdua langsung masuk ke lorong dan Bu Rw langsung membuka satu kamar hotel aku mengikuti di belakangnya dan langsung menguncinya kembali.

Bu Rw langsung melepaskan tasnya di atas kasur dan langsung berdiri dan merangkul aku dan kami mulai saling melumat dan bergulingan di atas kasur tahu-tahu kita berdua sudah telanjang bulat dan mulut Bu Rw yang sensual mulai melumat senjata aku yang mulai menegang

Semakin lama lumatan Bu Rw semakin terasa nikmat karena terasa hangat dan dia mulai mengelitik senjata aku dengan ujung lidahnya ough……………nikmat batin aku… aku mengerang karena begitu nikmatnya jilatan lidah Bu Rw dan aku gantian menidurkan tubuh Bu Rt yang sudah telanjang ke kasur dan aku lihat lobang kecil di antara selangkangan yang sebelah-sebelahnya ditumbuhi rambut halus kelihatan kenyal mulai membuka.

Bu Rw merintih kenikmatan ketika ujung lidahku berhasil menyeruak masuk ke dalam lubang kecil di pangkal selakangan kaki panjangnya sesekali Bu Rw mengerang menahan nikmat dan mendesah ough………………..ough…………….ough……….sambil meremas rambutku dan agak menekan kepalaku ke arah lobang di antara selakangan yang sudah aku gelitik dengan ujung lidahku, aku rasakan geliat tubuh.

Desahan Bu Rw semakin meningkat pertanda libidonya semakin tinggi dan aku mulai menyuruh Bu Rw nunging samil berpegangan di pinggir kaca rias dan aku masukkan senjata aku di lobang pangkal selakangan yang bisa aku lihat dari belakang Bu Rw dan mek yos…………….nyos lubang di antara selakangan pangkal kakinya terasa hangat dan terasa mencengkeram dengan kuat ke senjata dan desahan Bu Rw yang khas seperti Syahrini mulai terdengar ough………….ough………..ketika aku mulai mengoyangkan pinggul maju mundur menghantam dengan teratur lobang di pangkal selakangan yang menjepit senjata aku dengan kuat dia sering mendesah dengan kuat ough…………….ough…………….dan merintih membuat birahiku semakin meningkat dan dengan kencang mengoyangkan pinggul masuk keluar.

ough…………….ough……………………..aku juga merintih Bu Rw sangat menikmati dan sesekali tangan kirinya mengeret tubuh aku semakin kuat menekannya ough………ah…………….ough rintih dan desahan Bu Rw tambah tak karuan dan dia mulai mengandeng aku menuju ke kasur dan menidurkan lalu kedua kakinya yang panjang dan putih bersih mengangkang dan mengarahkan lobang di pangkal selakangannya ke arah senjata aku yang menunggu di bawahnya dan yosssssssss……………nyossssssss .

Bu Rw mulai mengoyangkan pinggulnya membuat aku merem melek di buatnya, aku akui goyangan pinggul Bu Rw dahsyat bikin senjata aku nyot……………..nyot menahan patahan dari tarikan lobang di pangkal selakangannya aku mengerang keenakan ough……………ough……………rintih aku ough………………..benar-benar pandai Bu Rw……….meservice aku, ough…………………acgh……………ough…………..


Bu Rw mendesah dan mengerang nikmat dan deeeeeeet dreeeeeeeeeeet nyosssssssss drettttttttt terasa lubang di pangkal selangkangannya bergetar hebat membikin senjata aku nyot……………nyot……………………..nyuttttttttt seperti ke tarik kedalam dan kembali keluar ough……………ough…………..aku merintih keenakan dan croooooooooot jroooooooot crooooooooooooot. crot crit………..crit……….aku meludah dalam lobang yang ada dipangkal selangkangan Bu Rw dengan keras sampai kami berdua bergetar hebat dan ough…………………beberapa saat kita diam dan Bu Rw segera mengangkat lobang di pangkal selangkangannya dan mulai melumat senjata aku yang mulai loyo ough………………..aku mengerang keenakan ough………….aku merintih dan kami berdua tertidur puas
6:00 AM

Cerita Seks Lebih dari Ini

5:58 AM

Cerita Seks Takkan Menolak

5:54 AM

Cerita Seks Permainan Cepat

5:52 AM

Cerita Seks Minta Sekali Lagi

5:48 AM

Cerita Seks Kepingin Lagi

5:46 AM

Cerita Seks Belum Mahir

5:39 AM

Cerita Seks Terjepit di Memekku

5:36 AM

Cerita Seks Raihan Orgasme

Cerita Seks Raihan Orgasme
Terlebih perkenalkan diriku namaku Hendra umurku 24 tahun dan aku mempunyai pengalaman kurang lebih 3 tahun kemarin dan ini bersangkutan dengan cerita yang pernah aku posting dengan cerita mba nia, soal memijit.

Saya adalah orang sunda asli dan saat ini masih kuliah di salah satu univ. swasta di kota B. Terus terang, dari diri saya ini saya nggak merasa ada yang istimewa atau ‘lebih’ daripada orang lain sebaya saya. Dengan tinggi yang ‘pas-pasan’, wajah yang ‘pas-pasan’dan duit yang juga ‘pas-pasan’ saya pikir saya bukanlah seorang cowok yang bisa ngebuat cewek merasa ‘love at the 1st sight’.


Tapi dibalik semua hal yang serba ‘pas-pasan’ itu, saya sendiri sering merasa heran karena selama saya mempunyai pacar, mereka adalah cewek yang termasuk ‘incaran’ para cowok yang mengenalnya. Swear!!

Makanya kalau saya lagi jalan dengan mereka, saya sendiri kadang-kadang suka rada nggak ‘pede’! Tapi dasar cowok.. Pede aja lagi!! Toh tingkat kecakepan seorang cowok itu diukur melalui secakep apa cewek yang dia dapetin! Hehehe.. Just joke, bro..!!

Saya pernah dinasehatin oleh temen saya bahwa sebenarnya yang bikin para cewek bertekuk lutut terhadap seorang cowok itu adalah karena ‘lobby-lobby’ cowok itu sendiri. And thanks God that i have that bless!!
Singkat cerita, saat itu saya sendiri sudah punya cewek. Tapi memang sudah kodrat cowok, selalu gatel kalau lihat cewek lain yang menurutnya cakep!! Dan itu saya akui sendiri. Tapi terus terang bukan buat selingkuh. Pertama: buat ngetest, masih bisa ngedapetin cewek lagi nggak? Kedua: buat refreshing dan perbandingan dengan cewek kita sekarang dan tentu aja bukan buat manjang!

Karena ada kepentingan yang berkaitan dengan bidang komputer (saya kul di fak. Ekonomi, jadi harap maklum kalau rada-rada gaptek), saya dikenalkan kepada seorang cowok yang gape pegang komputer bernama Tono(samaran) oleh teman saya.

Dan karena kepentingan saya tadi, jadilah saya sering main ke rumah si Tono ini, yang tujuannya murni bukan buat yang ‘aneh-aneh’ lho..

Ternyata si Tono ini adalah anak sulung dari 2 bersaudara. Dan adiknya adalah seorang cewek berusia 20 tahun yang.. TOP deh pokoknya! Nah adiknya ini yang akan saya ceritain..

Namanya Noni. Kuliah di jurusan bahasa. Tinggi 166 cm (kira-kira) dan berat proporsional deh (nggak pernah ditimbang sehh..). Toket ukuran 36B dengan kulit putih mulus dan rambut dicat ‘burgundi’sebahu. Kakinya jenjang dan cenderung pendiam. Pokoke.. Selera Aku Banget deh!!

Pertama ngeliat dia, saya masih segan nanya ke abangnya. Apalagi saya sendiri baru kenal! Suatu saat pas saya ke rumahnya, ternyata yang membuka pintu depan adalah Noni sendiri. Karena terkejut, saya sempat terdiam sambil melototin matanya. Mungkin kejadiannya cuman 2 detik, tapi cukup buat ngejelasin betapa tololnya saya waktu itu.

“Mas Hendra ya? Mas Tononya barusan pergi mendadak jemput cewek-nya. Katanya disuruh tunggu di kamarnya aja, sebentar kok,” kata Noni memutus ketololanku.

“Ooh.. Gitu ya. Eh Mbak adiknya Tono ya? Namanya sapa seh?” kataku cepat untuk menutupi ketololanku tadi.

“Noni!,” serunya pendek sambil mengangkat tangannya untuk menyalamiku.
Dan (masih) seperti orang kikuk, saya langsung menyambut uluran tangannya. Hangat dan lembut terasa di telapak tanganku.
“Ya sudah kalau gitu langsung aja ke kamar si Mas, pintunya mau aku kunci neh soalnya nggak ada sapa-sapa!”

Sebagai seorang ‘gentleman’, langsung aku tutup dan kunci pintunya dari dalam. Setelah itu saya menunggu sampai Noni melangkah duluan. Saat itu Noni mengenakan rok pendek dan kaos rumah yang tipis dan tampak belel. Mungkin karena itulah saya bisa ngeliat kakinya yang jenjang dan putih. But ups! Waktu ia berjalan di depanku, keliatan kalau langkahnya nggak normal. Kaki kanannya seperti kesakitan waktu dilangkahkan.

“Non, kakinya kenapa? Keseleo ya?” tanyaku iseng sambil mengikutinya.

“Iya neh.. Kemaren keseleo waktu bowling..,” jawabnya sambil melirik ke arahku dengan wajah kesakitan yang diusahakan tersenyum.

“Sudah diurut belom?” tanyaku lagi cari kesempatan.’

“Nggak usahlah. Bentar juga baikan. Sudah dibalsemin kok!” katanya sambil memegang pegangan tangga ke atas (kamar Tono dan Noni bersebelahan di lantai 2).

“Eh jangan diremehin lho! Kalau nggak disembuhin cepet-cepet, bisa-bisa cacat permanen lho!” seruku cepat.

“Iya gitu? Nggak mungkin banget gitu luooh!” katanya dengan bibir yang dibuat manyun sambil tangannya membuka ‘handle’ pintu kamarnya.

“Hehehe.. Ntar kalau kakinya Nggak normal lagi baru tahu rasa lu! Ya sudah, kalau gitu saya tunggu disini aja ya!” lalu saya masuk ke kamar Tono.

Selintas Noni keliatan berpikir sebelum masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

Satu jam sudah saya menunggu. Tono masih belom dateng juga. Sambil terus memperhatikan adegan dalam film ‘The Incredible Hulk’ (yang sebenanya sudah pernah saya tonton), jariku kembali menekan tombol ‘redial’ di hpku.

Namun tetap saja saya terhubung pada mailbox (padahal maunya terhubung pada Tono. Hehehehe). Tiba-tiba terdengar ketukan pelan di pintu kamar. Saya segera bangkit sambil mengecilkan volume speaker dan membuka pintu.

“Non, whats up? Kirain si Tono!” kataku begitu tahu kalau yang datang Noni.

“Lagi ngapain? Ngeganggu Nggak?” tanyanya.

“Nggak ngapa-ngapain kok. Kenapa memang?”

Dia terdiam sejenak, lalu..

“Mm.. Omongan Mas masih kepikiran neh..”

“Omongan apaan?”

“Yang cacat permanen itu lho.. Keseleo tea!” katanya dengan logat sunda.

“Ooh itu. Iya gitu, Non.. Mendingan di urut aja deh!”

“Sakit Nggak?”

“Yah paling dikit lah. memang belum pernah diurut?”

“Belum neh. kalau diurut dimana yah?” katanya sambil duduk di tepi meja komputer di hadapanku. Buset, nih cewek baru kenal tapi luwes aja seh!!
“Ya diurutnya di kaki lah!! Masa di idung seh!!” seruku pura-pura bego.

“Iya tahu itu mah!” katanya sambil memukul ringan tanganku, “Maksudnya, ama sapa dan dimana gituuh!”

“Ada seh, di daerah atas. Bapa-bapa gitulah. Tapi biasanya kudu antri dulu. Mau?”

“Yaah.. Kan Noni kudu nungguin rumah. Yang deketan nggak ada yah?”

“Ada seh.. Tapi kudu dirayu-rayu dulu gitulah..!” kataku sambil mengerling penuh arti. Ting ting..!

“Ih apaan coba! Dasar ganjen! Jd cowok tuh Nggak boleh ganjen tahu Nggak!” serunya sambil mencubit pahaku keras.

“Aw! Jadi Nggak mau ngerayu neh?! Ya sudah,” jawabku sambil berlaga tiduran nerusin nonton film.
“Yee.. Emangnya bisa ngurut gituh? Jangan-jangan malah tambah parah lagi! Kan repot!”
Pada dasarnya saya memang Nggak bisa ngurut. Cuman iseng doang. Paling banter kalau gagal kan bisa dibawa ke dukun santet.. Eh.. Dukun urut!

“Ih Nggak tahu aja ya! kalau soal urut mengurut mah gampang atuh.. Mau Nggak? Keburu Mas Tono pulang.. kalau keburu pulang, saya Nggak mau diganggu, banyak kerjaan seh!” kataku setengah memaksa padahal deg-degan juga tuh. Saya sendiri heran, kok saya selancar ini ngadepin cewek cakep. Biasanya Nggak mungkin seperti ini. Pasti ngap-ngapan!

“Ya sudah kalau gitu. Tapi di kamar Noni aja yah. Supaya bisa sambil nonton infoteinment!” katanya sambil melangkah menuju kamarnya. Kamar Tono memang tidak dilengkapi dengan TV.

Tanpa buang waktu lagi sayapun segera menyusul ke kamar Noni(sampai lupa matiin komputer). Setelah menutup pintu, sejenak saya memandang berkeliling untuk beradaptasi. Warna dindingnya dominan hijau muda dengan sprei yang terlipat rapi di atas kasurnya.

Rak buku tersusun rapi di samping meja riasnya. Lemari pakaiannya adalah benda yang paling besar dikamarnya dan dilengkapi dengan cermin yang besar pula. Disalah satu bagian dinding kamarnya, terdapat poto-poto Noni dan ada pula potonya bersama seorang cowok (Pacarnya kali).

“Ngeliatin apaan seh? Katanya disuruh cepetan..,” sungutnya.

“Ok. Ya sudah. Noni tengkurap diatas ranjang aja deh. Eh ada minyak telon Nggak?”
Noni segera mengambil minyak telon dari meja riasnya dan memberikannya kepadaku. Lalu ia segera menaiki ranjangnya dan tengkurap.

Sayapun segera menaiki ranjang tersebut dan duduk disebelahnya. Sambil membasahi tanganku dengan minyak telon, saya pandangi tubuh Noni dari ujung kaki sampai ke ujung rambutnya. Badannya terlihat padat dan terawat.

Apalagi pantatnya yang bulat (bener-bener bulet, bro..!) dengan garis CD yang tercetak jelas di balik roknya. BH hitamnya tampak menerawang dibalik kaos tipisnya. Sementara itu tengkuknya yang tak tertutup oleh rambutnya tampak sangat putih dihiasi rambut-rambut halus. Noni sendiri tak sadar kalau tubuhnya sedang kuperhatikan karena lagi asik nonton infoteinment.

Segera kutuangkan sedikit minyak telon ke atas betis kanannya sambil mulai kuusap halus. Lama-lama makin keras dan tampak Noni mengejang menahan urutan tanganku. Kadang-kadang ia menengok ke belakang dengan dahi yang mengkerut sambil menggigit bibir menahan nyeri.

Dan ekspresi itu cukup membuatku ‘up’. Dengan berlagak sebagai seorang yang mengetahui teknik pijat dan urut, saya terus mengurut kakinya. What tahune hekk! Toh Noni sendiri belum pernah diurut berarti dia juga Nggak tahu mana urut yang benar dan mana urut yang ‘benar'(benar-benar asal maksudnya)!

Karena terus ‘meronta-ronta’, tanpa sadar rok di pahanya makin tersingkap. Paha mulusnya yang tadinya sekedar mengintip, kini mulai berani ‘menampakkan dirinya’.


Juga kaos bagian bawahnya yang makin lama makin menyingkap memperlihatkan pinggulnya yang putih. Tentu saja saya selalu pengen meminta lebih (sebagai cowok normal).

“Non, kayanya otot-otot di kaki kamu masih pada tegang. Saya urut semua ya?” tanyaku lirih.
Noni tidak meng-iya-kan. Hanya gumamannya menandakan ia setuju. Nampaknya ia masih asik memperhatikan TV.

Dengan perlahan tanganku menjelajah ke paha belakangnya. Mengurut perlahan lalu turun lagi. Begitulah berkali-kali sampai tampak jalur-jalur merah disitu. Kadang-kadang jariku menyentuh CD nya yang berbatasan dengan pantatnya lalu cepat kutarik lagi. Salah-salah bisa kena gampar!

“Mas, pinggang ama punggung Noni pegel-pegel neh, kayanya mau mens. Pijitin juga dong. Enak seh…” katanya tiba-tiba dengan tidak mengubah posisi tengkurapnya.

Wow! As you wish, darling! Seruku dalam hati melonjak kegirangan. Dalam hitungan detik, tanganku telah berpindah ke pinggul belakangnya sambil memijit sebisanya.

Karena sudah ‘diperintahkan’, saya tidak takut lagi untuk memijit punggungnya dengan ‘merogoh’ ke balik kaosnya yang longgar, namun tanganku mentok diatas pinggangnya karena terhalang oleh karet roknya yang melingkari pinggangnya dengan ketat.

Menyadari hal itu, Noni segera menunggingkan pantatnya sejenak sambil membuka kaitan roknya (berupa bahan yang bisa direkatkan kembali, saya Nggak tahu namanya) lalu kemabali ke posisi semula. Akibat ‘perbuatannya’ itu, maka si rok itu kini lebih tepatnya hanya berfungsi sebagai sebuah hiasan yang ‘bertengger’ di atas pantat padatnya!

“Eh bentar..,” katanya sambil mengulang posisi barusan lalu meloloskan kedua tangannya dari kaosnya sehingga kaosnya kini hanya ‘menggakntung’ di lehernya. Setelah itu ia kembali tengkurap.

Wow! Saya suprise banget! Fantasi saya cuman buat ngeliat pahanya doang! Kini tubuhnya yang half naked ‘teronggok’ di hadapan saya. What should i do? Thats my friends little sista! Namun karena Nggak mau menyia-nyiakan waktu, akhirnya saya putuskan untuk mengikuti arus saja.

Let it flow, man! Jantung saya berdebar makin kencang ketika kedua tangan saya menyentuh dan terus menguruti bagian punggung dan pinggang wanita ini. Darahku terasa makin panas dan kerongkonganku menjadi kering. Tangan saya terasa bergetar tiap kali menyentuh permukaan kulitnya. Saya Nggak tahu apakah Noni merasakan hal yang sama. Yang jelas ia tetap fokus menyaksikan TV.

“Bawah lagi, Mas..,” serunya lirih ketika tanganku mentok di batas atas CD krem-nya.

Kepalang basah, saya turunkan sedikit karet cdnya. Lalu meneruskan mengurut. Lama kelamaan malah saya mulai berani merogoh ke dalam hingga menyentuh belahan pantatnya. Noni terlihat sedikit ‘gelisah’. Kadang-kadang mukanya dibenamkan ke bantal yang dipeluknya.

Setelah menambah minyak telon, saya pindah posisi ke tengah antara kaki kanan dan kirinya setelah terlebih dahulu menggeser kaki kirinya dengan lembut. Noni tampak pasrah dan tidak melawan. Kepalanya kini tertunduk sambil terus menggigit bibir bawahnya.
Lalu mulai kuurut lagi dari ujung belahan pantatnya menuju ke punggungnya. Sampai di punggung dengan cekatan kulepas kaitan bra nya agar tanganku lebih leluasa ‘bergerilya’.

Noni seperti hendak protes, tapi mengurungkan niatnya ketika tanganku mulai mengurut lagi turun ke belahan pantatnya. Melihat gelagat demikian, saya lalu menarik CD-nya hingga ke paha. Noni sendiri mengangkat sedikit pantatnya untuk memudahkanku. Kini tampak pantat telanjangnya dengan lubang anus yang berwarna pucat. Dan vaginanya ‘mengintip’ di selangkangnnya dengan indahnya.

Saya jelas sudah tidak konsen lagi melihatnya. Kedua tanganku terus meremasi bongkahan pantatnya. Lalu tanganku mulai merenggangkan kedua belahan pantatnya ke arah yang berlawanan sehingga lubang anusnya semakin tampak.

Segera saja ku’daratkan’ lidahku disana lalu kukorek-korek dengan perlahan. Noni terdengar mengerang pelan. Pantatnya secara reflek diangkat sehingga makin memudahkan lidahku menunaikan tugasnya. Sasaranku berikutnya turun ke bawah ke arah belahan vaginanya.

Terasa sudah becek dan mengeluarkan aroma yang khas. Kukorek-korek untuk mencari klitorisnya lalu ku sedot. Noni menggelinjang hebat. Segera kutangkap pantatnya lalu dengan tangan kiri kukorek-korek anusnya. Kini erangan Noni jelas terdengar.

Pantatnya terlempar ke atas dan ke bawah. Ke kiri dan ke kanan. Tangan kananku segera membuka zipper celanaku dan membuka rislettingnya. Dengan terburu-buru segera saya loloskan penisku yang sudah setengah ‘ngaceng’.

Sambil terus mengorek anusnya, Saya merangkak ke atas, menempelkan penisku di permukaan vaginanya lalu menggesekannya sambil meremas toket kanannya yang menggelayut.

Dengan posisi demikian, kuciumi tengkuknya (Banyak cewek mempunyai kelemahan di tengkuk) dengan ganas dan rakus. Noni kembali menggelinjang dan menegang. Agaknya ia mengalami orgasme dini.

Karena nggak mau ketinggalan momen, segera kuarahkan penisku ke liang vaginanya. Terasa basah dan makin berlendir. Ternyata memang Noni baru saja mengalami orgasme. Perlahan kutekankan penisku memasuki liang vaginanya.

Noni melenguh pendek. Sedetik kemudian malah ia yang mendorong pantatnya ke belakang. Penisku telah tertelan vaginanya dengan penuh. Kudiamkan sejenak sambil menikmati sisa-sisa orgasme Noni.

Lalu kugenjot perlahan sambil terus meremasi kedua toketnya. Terasa nikmat ke seluruh syaraf tubuhku. Tiap genjotan seolah mengalirkan aliran listrik ke setiap nadiku. Nonipun asik dengan aktivitasnya sendiri. Kedua tangannya menahan berat tubuhnya sambil terus menggigit bibirbawahnya. Sebenarnya posisi doggy style ini merupakan posisi kelemahanku.

Terbukti sekitar 5 menit kemudian aku merasakan aliran hangat yang siap meledak. Tiba-tiba HP Noni berbunyi. Tulisan ‘My bro’ terbaca di layar lcdnya. Kami berdua saling berpandangan. Lalu tanpa mengubah posisi kami, dengan tenang Noni meraih hpnya sambil meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.

“Non! Si Hendra masih disitu Nggak?” terdengar suara dari ujung sana.

“Euu.. I.. Iya. Mas dimana?” jawab Noni gugup.

“Lagi ngapain si Hendra? Kok Mas telpon nggak diangkat terus?” selidik Tono.

Karena merasa tanggung, saya nggak kuat untuk terus diam. Segera saja saya teruskanmenggenjot Noni dari belakang. Noni melirik sewot ke belakang. Namun ia tidak punya pilihan lain selain ikut bergoyang dan berusaha untuk tidak mengeluarkan suara yang ‘mencurigakan’. Melihat itu, saya cuman tersenyum sambil tertawa dalam hati. Hehehe lucu juga.

“Kaya.. Nya seh lagi ti.. dur gitu. Mas dimana?”

“Coba Noni lihatin di kamar Mas. Bilangin 15 menitan lagi Mas nyampe. Jangan dulu pulang!”

“Ok, ntar Non.. ni bilangin,” kata Noni sambil berusaha menahan erangan nikmatnya.
Saya makin menggila menyodok dari belakang.
“Kamu napa seh? Kaya yang kecapean gitu!” curiga Tono.

“Nggak, mas. Noni kaget aja bangun tidur gara-gara Mas telpon,” alasannya.

“Tidur ajah! Ya sudah ya! Bye!”.

Baru HP ditutup, Noni langsung menjerit nikmat dengan lantang sambil mendelik ke arahku. Saya sempat kaget tapi tidak menghentikan kegiatanku malah makin mempercepat gerakanku.Orgasmeku yang sudah diambang pintu, hilang entah kemana. Tampaknya hatiku terlalu ‘exiting’ dengan adanya telpon dari Tono tadi sehingga ML kali ini sedikit menengangkan.

Namun justru menambah kenikmatan dan variasi suasana.Namun lain dengan Noni. Setelah melenguh lagi sambil mencengkram ujung sprei, kembali orgasme melandanya. Cairan hangat terasa menyirami penisku.

Kuhentikan genjotanku sesaat untuk membiarkannya menikmati raihan orgasmenya sambil merasakan kedutan halus di sepanjang permukaan kulit penisku. Setelah mereda, tak sengaja kulirik jam dinding. Ops..10 menit lagi Tono tiba! Kembali kugenjot vagina Noni untuk segera meraih orgasme itu.

Keringat sudah mulai membasahi tubuh kami. Sensasi ketegangan yang kurasakan justru memperlambat orgasmeku. Namun saya yakin bahwa orgasme yang kelak kurasakanpun akan jauh lebih nikmat dari yang biasanya.

Kurapatkan lagi tubuhku dengan tubuhnya serapat mungkin. Kuremas-remas kedua payudaranya yang menggakntung indah. Perlahan tangan kananku turun menyusuri perut dan berakhir di ujung ‘memek’nya. Kugosok-gosok jariku sambil mempercepat ritme sodokanku. Terasa ada arus hangat yang menjalari sekujur tubuhku.

Semuanya mengalir cepat dan menyatu di pangkal penisku. Lalu tanpa dapat kutahan lagi semuanya berkumpul lalu melaju deras seakan ingin mendobrak ujung penisku dengan derasnya.

Kubenamkan penisku sedalam-dalamnya di liang vagina Noni. Kutumpahkan spermaku sebanyak-banyaknya disana. Mataku terpejam. Sambil menggeram kucakarkan tanganku di perut dan payudara Noni.

Noni merintih kecil sambil kedua tangannya menekan pantatku sedalam-dalamnya agar dapat menusuk lebih dalam lagi. Kurasakan seperti ada beban yang terlepas dari otakku. Mungkin inilah candu yang selama ini di’addict’ para pemuja sex (baik sah maupun tidak). Tubuh Noni tanpa bisa kutahan ambruk ke kasur.

“Aduh!” serunya. Rupanya ia lupa kalau kaki kanannya masih belum pulih! Hehehehe..Segera kurapikan bajuku dan kutarik celana panjangku yang tadi merosot sebatas lutut. Saat ini seharusnya Tono sudah tiba.

Tanpa buang waktu lagi kukecup lembut kening Noni lalu berlari ke kamar Tono dengan tidak lupa menutup pintu kamar Noni. Sampai di kamar lalu ku cek HP-ku. 9 missed calls tertera di lcd-nya. Tiba-tiba terdengar suara kunci yang diputar dipintu bawah disusul suara pintu terbuka dan langkah kaki. Langkah tadi berlari menaiki tangga lalu berhenti di depan pintu kamar Tono.

‘Brak!’pintu kamar terbuka..“Aduh sori banget, Tom. Eh.. Lagi tidur ya?” muka Tono nongol dengan ekspresi bersalah. “Mm tadi aku nungguin lo sambil nonton film gitu. Eh ketiduran..,” kataku sambil berlagak kucek-kucek mata lalu mematikan media player.


“Sori ya, Tom. Tadi cewek aku mendadak minta anter gitu ke tempat temennya. Mana nggak ada sinyal lagi! Nggak marah kan?” “Ahh.. Calm. Enjoy aja lagi!” kataku sambil tersenyum kecil.

Peristiwa tadi merupakan rahasiaku dengan Noni. Kami tidak (belum?) pernah melakukannya lagi karena menghormati pasangan masing-masing. Mungkin saat itu ia hanya merasa horni akibat peningkatan hormon menjelang masa menstruasi (dan saya ada di waktu dan tempat yang tepat? Hehehe).

Kami selalu berusaha berlaku wajar bila bertemu. Yang masih menjadi pertanyaan dalam hatiku adalah kok bisa yah saya ML tanpa melakukan ciuman ‘lips to lips’?

About

authorHello, saya wilvia novy disini saya akan membagi pengalaman sex saya dan pengalam sex rekan saya. Penasaran dengan ceritanya baca terus ya di cerita dewasaenak.blogspot.com
Learn More →



Tags