Sunday, March 25, 2018

Cerita Seks disedot sedot

Cerita Seks disedot sedot
Semapt berkeinginan untuk belajar sulap, tapi yang aku belajari adalah ilmu hipnotis, aku cari yang bisa mengajariku ilmu tersebut, dengan gelar master aku berguru dengannya, kurang lebih 2 bulan aku berlatih dan pada saatnya aku disuruh untuk mempratekkan apa yang aku serap dari ilmunya, master pun menunjuk salah satu orang untuk bahan praktekku.

Intinya hipnotis itu adalah dengan menggunakan objek, yang mana korban harus paling tidak konsentrasi ke objek tersebut. Sebenarnya amat susah kalau menghipnotis seseorang apalagi orang itu bukan yang kita kenal. Kurang lebih setelah dua bulan lamanya aku pun sudah bisa menggunakan ilmu hipnotis. Hipnotisku adalah dengan objek perkataan dan gambar spiral.
Aku masih SMA kelas 2. Tak ada yang menarik pada diriku, cuma anak sekolahan biasa. Satu-satunya yang menarik mungkin kak Sarah. Orangnya sudah kuliah, cantik dan banyak cowok2 tertarik kepadanya. Tak ada satupun keluargaku yang mengetahui tentang kemampuanku menghipnotis orang. Dan lucunya, hal itu menjadi iseng ketika aku mencoba kepada mbak Sarah.

Pulang dari kuliah mbak Sarah dianter ama pacarnya. Namanya Andre. Tampak mbak Sarah orangnya sangat tertutup dengan orang lain. Dan karena pakaiannya sopan dan sikapnya yang baik, orang-orang enggan kepadanya. Dan kuliah Andre pun orangnya juga baik-baik, teman sekampusnya, baru jadian seminggu. Hari itu ndak ada ayah dan ibu.


Ayah dan ibu pergi ke arisan keluarga, pulang baru hari kamis. Total seminggu di rumah kami sendirian, hanya ditemani Natasya, pembantu kami.

Mbak Sarah langsung masuk ke kamar, ganti baju, dan mandi. Setelah makan malam, kami berdua nonton tv. Mbak Sarah tampak kecapekan, aku bisa melihat raut wajahnya yang kusut.

“Gimana kampusnya mbak?”, tanyaku.

“Capek dik”, katanya. “Banyak sekali kegiatan.”

“Sudah semester 2 kan, harusnya lebih bersemangat lagi”, kataku.

“Ntar juga kamu bakal ngerasain koq yang namanya kuliah gimana”, katanya.

Aku manggut-manggut. TV menampilkan film action. Kami berdua menontonnya tanpa bicara. Sampai kemudian ketika iklan aku nyeletuk.

“Kak, aku barusan belajar hipnotis nih, mau aku hipnotis?”, tanyaku sambil nyengir.

Dia menatapku dengan tatapan aneh. “Belajar dari mana?”

“Dari internet, belom dicoba sih tapi boleh dong kalau kakak jadi orang yang dicoba”, kataku.

“Hahahah, aku ndak percaya ama yang begituan”, katanya.

Aku lalu mengeluarkan papan yang bergambar spiral. Lalu menyerahkannya ke kakakku.

“Apa nih?”, tanyanya.

“Objeknya, coba aja lihat, klo bisa dan berhasil ya berarti berhasil”, kataku.

“Kayaknya seru nih, paling juga nggak bisa”, katanya sambil tertawa.

“Sudah lihat saja itu gambarnya, mulai ya?”, kataku.

“OK”, ia masih ketawa kecil.

Ia sebenarnya tak tahu, inti dari hipnotis adalah mendapatkan ijin dari korban. kalau korban sudah menyetujui, selanjutnya tinggal dari ucapan dan perintah kita saja, sampai ia benar-benar dalam kekuasaan kita. Korban bisa menyetujui dengan cara mengiyakan dihipnotis, ataupun dengan cara menyetujui ketentuan yang kita berikan atau perintah yang kita berikan. Dan kakakku sudah masuk ke situ.

“Bayangin saja itu spiral adalah sebuah jalan, kakak ada di pinggir ujung spiral, lalu tujuan kakak adlah ke tengah spiral itu.”, kataku.

Mbak Sarah melihat gambar spiral yang ia pangku tersebut. Ia mengurutkan garis spiral dari pinggir, lalu ke tengah secara perlahan.

“Jangan hiraukan suara lain selain suaraku”, kataku. Ini adalah lapis perintah kedua. Artinya, apabila seseorang sadar dari hipnotis, maka ia harus melewati kesadaran berlapis dulu baru sadar sepenuhnya.
Aku lalu mencobanya konsentrasinya. Aku keraskan volume tv sejenak. Mbak Sarah tak beranjak dari papan spiral itu. AKu paling tidak harus melakukan lima lapis kesadaran.

“Kemudian, satu-satunya yang mbak patuhi adalah suaraku, setelah aku panggil nama mbak diulang tiga kali. Sarah, sarah sarah!”, kataku. “Kalau mengerti mengangguklah!”

Mbak Sarah mengangguk.

“Kemudian, mbak akan sampai kepada titik tengah spiral. Apabila sudah sampai, mbak akan terasa lelah, matanya sangat berat dan mengantuk. Maka tidurlah!”, kataku.

Tak berapa lama kemudian mbak sarah tertidur di sofa, ia tampak benar-benar . Aku mengecilkan volume tv. Dia sudah dalam lapis keempat. Lapis kelima sekarang.

“Mbak akan mematuhi apapun yang saya inginkan dan katakan, apabila aku bertepuk tiga kali lalu memanggil namamu tiga kali, Sarah, sarah, sarah, segera sadar dari pengaruh hipnotisku. Kalau mengerti mengangguklah!”, kataku.

Ia mengangguk. Bagus deh. Artinya kalau ingin sadar ia harus melewati lima kali kesadaran. Dan itu tidak mudah.

Aku pun mencoba iseng. Sebenarnya aku udah lama ingin melihat toketnya mbak Sarah yang terlihat menonjol dari Kaosnya itu.

“Sarah, sarah, sarah”, panggilku.

Mbak Sarah menjawab, “iya”.

“Buka BHmu dan tunjukin dadamu”, kataku.

Mbak Sarah pun dengan mata terpejam meraih tali Bra-nya di punggung. Lalu ia menaikkan kaosnya. Tampaklah olehku pemandangan yang sudah sangat lama ingin aku lihat. Mulusnya bongkahan putih itu. Dadanya putih, putihnya pink.

Sempurna dan gedhe. Aku lalu menyentuhnya, kuremas dan kutekan putingnya itu. Ohh…rasanya luar biasa. Aku lalu mendekatkan diriku ke dadanya, kuciumi dada itu. Kukecup lembut, kuhisapi pentilnya. Mbak Sarah hanya mendesah, dalam pengaruh hipnotis ia bisa merasakan sensasi ini. Aku lalu menghentikan aktivitasku.

Wah, kalau ketahuan Natasya berabe nih. Aku lalu mematikan tv dan membopong mbak Sarah. Aku masuk ke kamarnya dan kuletakkan ia di atas ranjang. Aku kunci pintu kamarnya lalu melakukan apa yang aku lakukan tadi di sofa.

“Oh…Mbak…hmmm”, aku mengenyot putingnya bergantian, kiri dan kanan. Mbak Sarah hanya naik turun nafasnya, mendesah.

“Kalau memang enak, mbak boleh menggerakkan badan sesuka mbak, tapi mata tetap tertutup ya!”, kataku.

Benarlah, mbak sarah mulai meremas kepalaku. Ia seakan-akan tak mau melepaskan kenikmatan ini. Dadanya aku ciumi dengan rasa sayang, dan ketika aku jilati bagian pinggir payudaranya, ia menggelinjang hebat, sepertinya itu G-spotnya, aku teruskan dan ia makin mencengkram kepalaku, ia peluk erat kepalaku. Aku lalu bergelirnya ke perutnya, kuciumi pusarnya, lalu aku tatap wajahnya. Cantik sekali mbak Sarahku ini.

Aku ingin sekali mencium mbak Sarah dari dulu, aku lalu menempelkan bibirku ke bibirnya. Mulutnya yang sedikit terbuka aku jelajahi dengan lidahku. Kuhisap salivanya dan kutelan. Kuciumi apapun yang ada di wajahnya. Bau rambutnya sangat harum dan aku masih meremas toketnya yang gedhe tadi.
Penisku sudah on dari tadi sebenarnya. Aku lalu melepas celanaku hingga tubuh bagian bawahku telanjang.

“Mbak Sarah sekarang duduk”, kataku.

Mbak Sarah lalu duduk, masih memejamkan matanya dan lemas. Aku tuntun tangannya memegang penisku, oh nikmat sekali.

“Mbak anggap yang mbak pegang ini lolipop, kulumlah tapi jangan digigit, jilati dan hisap!”, kataku.
Mbak Sarah lalu membungkuk. Aku yang duduk di atas ranjang itu hanya melihat aksinya. Mula-mula ia jilati penisku persis seperti lolipop. Lalu ia kulum…..aawwww…itu lidahnya menari-nari di dalam mulutnya. Ia jilati punyaku seluruhnya hingga basah.

“Mbak boleh mengocok pake mulut kalau mau”, kataku.

Dan mbak Sarah nurut saja, kini kocokan mulut, hisapan dan jilatan menyatu membuat sensasi penisku serasa ngilu. Aku masih perjaka lagian. Ohh…nikmat banget. Aku meremas toketnya dengan gemas. Mbak Sarah pelan sebenarnya oralnya, cuman enak banget, bener-bener penisku dijadiin lolipop. OOuuuwwww,….mau keluar nih……

“Kalau sesuatu keluar, telan ya”, kataku.

Ooowww…ndak kuat lagi…aaaaaa…aaa…AAAAHHHH H…Croott..croott.. ..crooot…croott…Muncratlah pejuhku di dalam mulutnya. Ia menghentikan aktivitas ngocok dan menjilati spermaku. Lalu ia telah semuanya. Aku bisa mendengar suara tenggorokannya menelan sesuatu. Glup.

Aku lemas.

“Sudah mbak. Sekarang mbak tidur saja!”, kataku. Mbak Sarah berbaring. Aku membetulkan branya, lalu aku memakai celanaku lagi. “Mulai sekarang mbak kalau aku panggil patuh pada perintahku, mengerti?”
Mbak Sarah mengangguk.

“Baguslah, sekarang hitung sampai seratus lalu sadar”,kataku.

“Satu….dua…tiga…”, mbak Sarah mulai menghitung. Aku lalu keluar kamarnya dan masuk ke kamarku.
Lemes deh….nikmat banget mbak Sarah sepongannya.

Esoknya hari minggu. Mbak Sarah keluar kamar dengan wajah sayu. Ia tak sadar apa yang terjadi tadi malam. Aku menonton film kartun saat itu. Aku menoleh kepadanya.

“Kemarin aku koq bisa ada di kamar ya?”,tanyanya.

“Lha, kan mbak sendiri yang masuk kamar”, kataku.

“Ahh…ndak inget”, katanya.

Hari itu mbak Sarah ada acara keluar jalan-jalan bersama teman-temannya. Jadilah aku di rumah sendirian. Hanya ada Natasya di rumah menemaniku. Oiya. Natasya ini cewek masih single, usianya sudah 34 tahun. Dan dia jadi pembantu di rumah ini sudah lama.

Natasya sendiri seorang janda, anaknya berada di desa diasuh oleh orang tuanya. Dan di kota ia mencari penghidupan yang layak. Aku kemarin bisa menghipnotis mbak Sarah, apakah bisa juga kepada Natasya? Iseng lagi ah….

“Denoook!”, kataku.

“Ya Den”, katanya.

Ia memakai T-Shirt dan celana pendek. Tubuhnya sintal, ndak gemuk, juga ndak kurus. Toketnya biasa saja sih, wajahnya juga ndak jelek-jelek amat. Hitam manis kalau boleh kunilai.

“Lagi ngapain?”, tanyaku.

“Lagi bersihin dapur”, kata Natasya. “Perlu apa Den?”

“Coba duduk sini”, kataku.

Natasya bertanya-tanya, mau apa majikannya ini.

“Aku sedang belajar hipnotis nih, boleh nggak jadi subjeknya?”, tanyaku.

“Emang bisa?”, tanyanya.

“Yaaa….namanya juga nyoba. Tenang aja deh ndak bakal aku apa-apain, lagian juga belum tentu berhasil”, kataku.

“Aden ini ada-ada saja, udah ah, mau lanjutin kerjaan saja”, katanya.

“Eeee…tunggu dulu, sebentar saja koq. Kalau tidak bisa ya udah”, kataku. “Tapi cuman sebentaaar saja”
Natasya menghela nafas. Ia agak aneh juga, bahkan mungkin ia mengira aku tak akan berhasil.

“Baiklah, pertama aku ingin dirimu rileks dulu”, kataku.

Natasya menghela nafas lagi. Ia mungkin mengira ini cuma permainan anak kecil yang harus ia turuti. Maklum sejak kecil ia sudah bekerja di sini.

“Bukan begitu Denook, yang rileks, santai gitu lho”, kataku.

“Iya, iya”, katanya.

Tak perlu kuceritakan lagi bagaimana langkah-langkah hipnotisku. Sebab caranya sama seperti apa yang aku lakukan kepada mbak Sarah. Dan…..Natasya sudah dalam pengaruhku. Berhasil juga ternyata kepada pembokat sendiri. Kini Natasya hanya menatap dengan tatapan kosong. Siap menerima perintahku. Aku mulai horni nih.

“Natasya, Natasya, Natasya”, kataku.

“Iya den”, jawabnya dengan tatapan kosong.

“Kamu patuh kepada perintahku? ”


“iya”, katanya sambil mengangguk.

“Apa pendapatmu tentang diriku?”, tanyaku.

“Aden itu orangnya suka males, dan kelakuannya jelek. Suka godain diriku, pokoknya ndak suka deh”, kata Natasya. wah, ternyata dia ndak suka kepadaku. “Dulu waktu kecil sih lucu, setelah gedhe aden jadi nakal, suka keluyuran kemana-mana, padahal kalau baik Natasya pasti suka”.

“Ini jujur?”, tanyaku.

“Iya”, kata Natasya.

Aku koq jadi gemes dengan pembokatku ini.

“Baiklah buka bajumu!”, kataku.

Natasya patuh saja kepadaku. Ia buka bajunya. Tapi cuma T-Shirtnya saja. Aku bisa lihat ternyata dadanya besar juga. Selama ini Bra-nya-lah yang membuat ia seperti mempunyai dada kecil. Dan aku bisa melihat tonjolan bongkahan yang padat dari kedua bra-nya. Shit! Jadi konak diriku.

“Maksudku semua bajumu sampai tidak memakai apapun”, kataku.

Akhirnya Natasya pun melepas satu per satu bajunya. Sementara celanaku sudah sesak, aku pun terpaksa melepaskan semua bajuku sekalian. Kini kami berdua telanjang. Natasya duduk di sofa sambil menatap dengan tatapan kosong lagi. Shit, beneran toketnya gedhe! Putingnya berwarna coklat, tapi kulitnya mulus, aku melihat ke bawah.

Wah dia rajin cukur bulu bawah sana ternyata. Aku mengamati seluruh tubuhnya. ternyata Natasya ini montok, aku lalu mendekat ke wajahnya dan kucium bibirnya. Sedapnya. Setelah dilihat-lihat ia tak hanya hitam manis, tapi juga bikin aku horni. Itu toket gedhenya.

“Natasya, kamu patuh padaku-kan?”, tanyaku.

Ia mengangguk.

“Pernah bercinta?”, tanyaku.

“Pernah”, jawabnya.

“Aku ingin kau anggap aku ini suamimu, cintailah diriku dengan rasa cinta yang sangat dalam, melebihi apapun. Anggap rasa cintamu padaku saat ini seperti balon yang kecil. Lalu perlahan-lahan balon itu kau tiup, besar, makin besar, besar, besar jangan khawatir sebab balon itu tak akan bisa meletus tapi hanya bisa membesar dan mengecil. Dan tiuplah balon itu sampai sangat besar melebihi apapun”, kataku.
Natasya memejamkan mata. Sesaat kemudian ia membuka matanya dan melihatku.

“Aden…!”, panggilnya.

“Natasya”, kataku.

Ia langsung memelukku. Dadanya membuat penisku makin keras mengacung. Ia menubrukku di sofa. Wajah kami saling berhadapan. Apa ia tak sadar kalau tak berpakaian?

“Aden, Natasya cinta ama aden, sangaaaat cinta”, katanya.

Aku lalu menciumnya, kami pun berpanggutan. Baiklah keperjakaanku buat Natasya saja. Lagi pula aku sudah horni. Kami saling berpanggutan, aku lalu menghisap teteknya yang gede itu.
Alamaaaakkk…nikmat banget, kuhisap kiri dan kanan, kukenyot dan kuremas. Kenyal sekali. Baru kali ini aku menetek setelah sekian lama.

“Adeeen….oucchh…he-eh den itu. Netek sama Natasya”, katanya.

Natasya kini merebahkan dirinya, ia pasrah kuhisapi teteknya. Aku lalu ke bawah dan kuciumi perutnya, putingnya masih kumainkan, ia menggelinjang. Lama-lama aku pun ke bawah, makin kebawah dan kusapu itu vaginanya dengan lidahku. Ia menggelinjang hebat. Kujilati tempat kewanitaan itu. Rasanya asin, aku terus hisap dan kujilati hingga sangat basah. Natasya pun tak kuasa lagi, ia meremas-remas kepalaku lalu pahanya mengempitku sambil ia bangkit.

“Awww….deeeenn….Natasya keluar niii”, katanya. Aku lalu bangun. Punyaku sudah mengacung. Ingin masuk saja sepertinya.

Aku lalu menciumi bibirnya lagi, kami berpanggutan lagi. Lidah kami sailng menghisap. Aku siapkan rudalku, dan kutindih Natasya. SLEBB…awww…adududuh…..en ak…gini ya rasanya? Penisku seperti disedot-sedot di vaginanya. Masalahnya ini vagina koq ya sempit ya, bukannya Natasya sudah punya anak? Dan apa ini karena ia tak pernah dipake?

“Enak den, ….terus…entotin pembantumu ini!!”, katanya.

Aku tak berlama-lama, kugenjot itu vagina. Natasya merintih-rintih keenakan. ia meneriakkan namaku berkali-kali, aduh baru juga 10 menit nih goyang. Rasanya sudah diujung. Enak banget. Maklum aku masih baru pertama ginian, aku pun keluar. Pejuku muncrat di dalam rahimnya.
CROOOOTTT…..CROOOOTT…..CRO OTTT…

“Aaaahhh…adeeeenn….aww…. awww….panas itunya”, katanya.

Kubenamkan lama di dalam sana, Natasya memelukku.

“Baru pertama ya den?”, tanyanya.

“I…iya”, kataku.

“Dulu suamiku juga baru pertama kali gituan cepet”, katanya.

“Nikmat ndak?”, kataku.

“Iya sih, kan Natasya keluar dulu cinta”, katanya genit .

Aku perlahan-lahan cabut penisku yang masih tegang itu. Ngilu rasanya keluar di dalem. Tapi
nikmat banget. Aku arahkan penisku ke mulut Natasya. Ia jilati sisa-sisa sperma yang nempel di penisku. Wow ia lakukan itu seperti seorang pro.

Baiklah, sekarang aku puas. Setelah itu kusuruh ia berpakaian dan melanjutkan pekerjaannya. Tapi dengan satu catatan, ia tak boleh menunjukkan cintanya kepadaku kecuali aku minta. Pengaruh hipnotisku jalan.

Malamnya, mbak Sarah sedang di kamar. Ayah dan ibu sudah tidur, cuma diriku saja yang ada di ruang tamu nonton tv. Ah sialan, koq aku jadi horni ya? Memang sebenarnya kepingin sih kalau aku gituan sama mbak Sarah. Baiklah kutunggu agak malaman aja.

Lama menunggu, akhirnya sudah jam 12 malam. Aku mengetuk pintu kamar mbak Sarah.

“Mbak, masih bangun?”, tanyaku.

“Kenapa dik?”

Eh dia masih bangun.

“Boleh masuk?”, tanyaku.

“Iya”, katanya.

Aku pun masuk. Dan….mbak Sarah pakai t-shirt dan kuyakin dia tak pake BH, juga celana pendek. Sial, bikin aku berdebar-debar aja. Aku lalu panggil dia, “Sarah, sarah, sarah”

Dia yang sedang sibuk menulis, mungkin PR, langsung tegap duduknya. Ia taruh pensilnya dan menatap ke depan dengan pandangan kosong. Aku sudah ndak tahan lagi nih. Aku lalu melepaskan semua bajuku. Kuhampiri mbak Sarah, lalu kupeluk dia dari belakang, kucium bau rambutnya, kumasukkan kedua tanganku ke dalam t-shirtnya dari bawah. Aku lalu raba dadanya. Nah kan, ndak pake Bra. Aku lalu Melepaskan t-shirtnya, kuangkat tangannya sedikit hingga tampak ketiaknya yang putih itu. Aku tempelkan penisku yang sangat ngaceng itu ke punggungnya.

“Mbak, apakah mbak cinta aku?”, tanyaku.

“Iya, sangat cinta”.

Aku melihat puting susunya yang mengacung ke atas. membuatku gemas untuk mencubitnya, maka jemari tanganku pun bergerilya meremas toketnya. Kupuntir-puntir putingnya, mbak Sarah menarik nafas lalu ia mengeluh..

“Nikmati saja mbak, lepasin juga dong celananya”.

Mbak Sarah lalu berdiri dan menurunkan celana pendeknya, hingga tampaklah olehku CD-nya.
“CD-nya juga”, kataku.

Ia melepaskannya juga.

Sekarang kami berdua telanjang. Aku berdiri di hadapannya, lalu mengisap teteknya. Kujilati dan kuhisap, sambil kupeluk kakakku yang sudah terhipnotis itu. Aku tarik dia lalu kubaringkan dia di tempat tidur. Kuciumi dua bukit kembar itu, sambil kugigit sekali-kali, perjalananku ke bawah, ke perut, lalu kulihat memeknya yang ditumbuhi sedikit bulu.

Aku membuka pahanya lebar-lebar, kobelai pahanya, dan kuciumi bibir vaginanya. Lalu aku jilat klitorisnya, lidahku pun menari-nari di sana. Harum sekali baunya, apakah mbak sarah selalu merawat ini?

Mbak Sarah menggelinjang, berkali-kali ia mengeluh. Diremasnya rambutku, dan aku terus-menerus melanjutkan aksiku, sambil kuremas toketnya.

“Dik, mbak mau pipis dik, oooohh…aaaahhh….”, kata mbak Sarah.

Benar. Ia mengejang hebat sambil mengempit kepalaku beberapa saat. Aku menghentikan aksiku. Tampak pejuh berhamburan keluar dari vaginanya. Tempat kewanitaannya sangat basah. Aku lalu duduk dan bersiap memerawani kakakku sendiri. Perlahan-lahan kugesek-gesek lembut ke bibir vaginanya. Mbak sarah menggelinjang.

Rasanya sungguh nikmat. Aku tak mau menyakiti mbak sarah, aku ingin berusaha lembut. Aku lalu mendorong pinggulku, penisku perlahan masuk. SLLEEEBB…ougghh….sempit banget, tapi agak lancar karena ada pelumas tadi. Aku dorong dan mbak sarah menjerit…

“AWWwww….sakit dik, aduuuhh…”, katanya.

Aku dorong selaput daranya hingga robeklah dia. Aku tak bisa berhenti begitu saja. Aku istirahatkan sejenak punyaku. Lalu kudorong lagi perlahan. Ketika mbak Sarah kesakitan aku hentikan, begitu terus sampai mentok. Nikmat sekali punyaku disedot-sedot. Aku tarik, lalu perlahan kudorong lagi. ouuuggghh….nikmat. Aku tindih tubuh mbakku.

Aku peluk dan kuhisapi teteknya, lalu kukulum dia. Kemudian kugoyang pinggulku maju mundur perlahan. Lama-lama rasa sakit itu sudah hilang, mbak Sarah pun hanya bisa bilang ah dan uh saja. Aku bisa lihat tetek mbak Sarah naik turun dengan goyangan perlahan pun, woohhh, impianku selama ini akhirnya terkabul juga.

Clek,,…clek…cleek…cleek. .., suara becek gesekan vagina dan penisku terdengar di kesunyian malam ini. Aku rasanya sudah ndak tahan nih, udah mentok di ujung. Paling tidak aku tidak secepat tadi pagi dengan Natasya. Ouughh…nikmat banget udah…ndak tahan…..keluar di mana ya?

“Mbak, keluar nih”, kataku.

“Mbak sudah keluar dari tadi dik…ah…aah…ahh…”, kata mbak Sarah. Ia masih menatapku dengan pandangan kosongnya.

“Di dalem ya, AAAHhhhh….”, jeritku. Creeett…..crettt…..creeett tt…sperma akhirnya keluar dan kubenamkan di dalam rahim mbakku. Aku tak mencabutnya hingga habis.

Aku pun lemas kupeluk mbak Sarah. Tampak di vaginanya keluar sedikit cairan putih dan merah darah selaput daranya. Aku lalu tiduran di sampingnya. Ia memejamkan mata, mungkin kelelahan karena aksiku tadi. Aduh gimana ya nanti klo hamil. Aku bingung juga nih. Lama aku berpikir tentang tindakanku ini. Memang sih aku kepingin ngentot ama kakakku, tapi klo dia tahu aku enghipnotisnya…aduh…giman a nih.

Aku lalu melihat mbakku yang mendengkur halus.. Ia ternyata sudah tertidur. Melihat toketnya yang padat itu, aku jadi horni lagi, aku lalu miringkan tubuhnya, sehingga tampaklah bongkahan pantatnya. Penisku mengeras lagi, dan aku tanpa pikir panjang langsung masukkan ke vaginanya dari belakang. SLEBB…aww…masih sempit juga.

Malam itu pun aku mengerjainya lagi sambil ia tertidur. Paginya ia tak ingat lagi kejadian tentang tadi malam. Pagi seperti biasa, ibu dan ayah pergi ke kantor. Mbak Sarah ke kampus, aku sendirian di Rumah. Natasya tampak sedang membersihkan rumah. Aku berdiri di depannya.

BACA JUGA : Cerita Seks Agak Geli

“Natasya, Natasya, Natasya”, kataku.

Seketika itu ia menjatuhkan sapunya dan berkata, “Iya den?”

Aku turunkan celanaku. Muncullah burungku.

“Isepin dong!”, kataku.

Dengan patuhnya Natasya berjongkok dan langsung melakukan blow job. Ahh…nikmat banget. Ia mengulum penisku seperti permen, sambil tangan kirinya mengocoknya. Punyaku yang tidur langsung tegang dan bereaksi. Natasya yang sudah ahli ini, tak butuh waktu lama untuk bisa membuatku hampir klimaks.

“Sudah, sudah…buka bajumu!”, kataku.

Ia berdiri dan melepaskan bajunya satu demi satu. Aku lalu memeluk dan menciuminya, kuhisap teteknya dengan lembut. Lalu ia kutuntun untuk bersandar di sofa. Ia menungging, dan kumasukkan penisku ke tempatnya. BLESS…aww..nikmat….aku pun bergoyang maju mundur. Pantatnya yang semok itu membuatku sangat bergairah. Aku meremas teteknya, sambil kuhujamkan penisku dalam-dalam.

“aaahh…ahh…ahh…ahhh..oow wcc…ooucchh… aww. ..aahh…uh…uh…”, hanya itu yang keluar dari mulut Natasya.

Oww…sial, aku keluar.

“Natasya berlutut, ayo hadap sini!”, kataku.

Ia lalu berlutut dan menghadap ke diriku.

“Buka mulutnya”, kataku.

Ia membuka mulutnya. Kukocok penisku yang mau keluar itu dan Crooottt…..crott…..crooott …tumpahlah sperma ke mulutnya itu.

“Bersihkan”, kataku.

Ia menjilati sperma yang ada di penisku.

“Jangan lupa telan ya”, kataku.

Natasya pun menjilatinya dengan rakus dan menghabiskan menu sperma hari ini. Setelah bersih ia kusuruh pakai baju lagi.

Begitulah setiap hari, malam hari aku ngentotin kakakku dan pagi hari atau siang hari aku dengan Natasya. Paling tidak sebulan lamanya, hingga kemudian aku ingin berterus terang dengan mbak Sarah bahwa hampir setiap malam aku begituan dengan dirinya.

No comments:

Post a Comment

About

authorHello, saya wilvia novy disini saya akan membagi pengalaman sex saya dan pengalam sex rekan saya. Penasaran dengan ceritanya baca terus ya di cerita dewasaenak.blogspot.com
Learn More →



Tags